Mahasantri.
Mahasantri.
  • Home
  • About
  • My Book
  • Features
    • Dailylife
    • Health
      • Gym
      • Diet
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Tech
    • Talk
  • Contact Us
Hal yang selalu ane tuliskan di lembar buku resolusi yang ane punya adalah menurunkan berat badan. Sejak dua tahun lalu, pasti resolusi untuk menurunkan berat badan akan selalu ane tulis pertama kali. Mengalahkan hal-hal lain yang sebenarnya jauh lebih bermanfaat dan berguna untuk diri ane di masa depan. Sebetulnya resolusi ini selalu bisa ane capai, buktinya sejauh ini ane berhasil menurunkan berat badan sebanyak 15kg setelah liburan di Jakarta kemarin.

Alasan ane untuk melakukan hal ini adalah hasil dari omongan orang-orang lain. Mirip-mirip seperti bullying dan juga body shaming yang ditunjukkan ke ane. Sejak awal masuk pondok pun, -sebagai calon santri. Iya, masih calon santri- ane sudah rutin di bully karena fisik ane yang gemuk dan sikap ane yang pemalu. Dan mungkin, ini adalah awal mula dari cerita ane di bully oleh orang lain.

Badan gemuk serta pemalu, seperti satu paket yang enak untuk dibecandain orang lain. 
Kita satu asrama, bahkan pernah satu kelas. Ane selalu menghindari manusia ini, bahkan saat ane melihat dia dari jarak yang cukup jauh, ane lebih memilih untuk jalan memutar agar engga berpapasan dengan makhluk ini. Karena setiap ucapan yang keluar dari mulut dia untuk diri ane adalah perkataan yang hanya bikin ane tambah minder serta malu terhadap fisik yang ane miliki. Dan beruntungnya setelah 6 bulan kita satu asrama, kita di tempatkan di pondok yang berbeda. Ane di Gontor 1, sedangkan dia di Gontor 5.
Dan alhamdulillah-nya, masa-masa ane di pondok setelah itu ane enggak pernah kena bully lagi. Kecuali saat ane duduk di kelas 6. Atau kelas 3 SMA.
Mungkin ane akan bahas ditulisan lain, hal buruk apa yang terjadi saat ane kelas 3 SMA itu. Kalau lagi mood lah ya.
**
Anee masih inget, ucapan yang keluar dari candaan teman-teman ane,
“Kalo gue punya badan lu, gue bakalan diet, Mat”
“Mana hasil dietnya, kok sama aja”
“Lu beneran olahraga engga sih? Kayak engga ada yang berubah”
Dan sebenernya masih banyak kalimat-kalimat yang enggak enak didengar yang sering diucapkan oleh teman-teman ane.

Mungkin memang maksudnya hanyalah becanda, ataupun sekedar memulai pembicaraan. Kalau pun hal ini diulang-ulang, ane enggak paham dimana letak kelucuannya. Apakah nggak ada pembahasan selain mengomentari fisik seseorang? 
Ucapan yang diberikan ke orang lain itu, menurut ane layaknya batu yang dilempar ke lautan. Kita enggak tau, sedalam apa orang yang menanggapi ucapan yang kita berikan. Sebaiknya menjaga lisan, supaya enggak menyaikiti perasaan orang lain. Meskipun diri ane sendiri pun, enggak luput untuk melakukan hal tersebut, senggaknya mulai sekarang berusaha mengurangi prilaku buruk itu.
Betul tida jamaah?
Karena ucapan itu, ane sering menyiksa diri ane sendiri untuk enggak makan. Tujuannya, untuk membuktikan bahwa ucapan mereka salah. Dan pada akhirnya, ane sampai ke titik capek sendiri sih, bahkan sampai sering sakit karena memaksan melakukan hal tersebut. Sekarang, perlahan tapi pasti ane mulai merubah mindset untuk mempunyai badan kurus. Dan lebih fokus untuk menikmati segala proses yang dilakukan saat ini.
Toh kenyataannya, orang lain itu enggak peduli dengan proses yang ane jalani. Mereka hanya ingin melihat hasil, dan mengabaikan segala usaha yang kita telah lakukan. Walaupun berat badan ane telah turun, dan angkatan beban ane semakin bertambah, teman-teman ane yang berkomentar buruk pun, enggak akan menarik kata-katanya kembali.
Ane mau turun berat badan sampai 30kg pun, mereka akan bersikap bodo amat. Bahkan sampai sekarang, ane bisa push up, mereka pun enggak peduli. Btw, sebelum kenal olahraga angkat besi seperti sekarang ini, fisik ane memang lemah dan ditambah ane pun enggak percaya diri dengan penampilan sendiri. Menyedihkan lah pokoknya.
https://giphy.com
Setiap manusia punya pertarungannya masing-masing, enggak perlu untuk merendahkan pertarungan yang dihadapi oleh orang lain. Dan cara membalas mereka yang suka membully diri kita, jangan dibalas dengan keburukan lainnya. Sekarang ane mulai sadar, kenapa ustad ane dulu selalu berpesan ke pada para santri-santrinya untuk selalu tidak bosan menjadi orang baik.
Kalau kalian sendiri, punya pengalaman tentang di bully oleh orang lain?

Hidup jauh dari orangtua itu sebenernya enggak semenyenangkan yang dibayangkan, tapi juga enggak seburuk yang difikirkan. Biasa aja gitu. Rasanya, kehidupan ane semenjak lulus dari sekolah dasar telah merubah diri sehingga menjadi seperti sekarang ini. Dari anak yang penakut, menjadi anak yang terpaksa harus hidup mandiri.
Dari sepuluh tahun ini, ane hanya merasakan lebaran Idul Adha bersama keluarga 3 kali. Sisanya dijalani bersama dengan teman-teman seperantauan. Bersyukurnya, masih bisa merasakan makanan mewah berupa daging kambing serta sapi. Yah, walaupun hidup ane enggak seburuk dengan memakan Indomie setiap hari juga sih.
Perbedaan yang paling terasa di Mesir saat Idul Adha dengan yang terjadi di Indonesia adalah suasanya yang berubah seperti kota zombie. Orang-orang disini, mudik ke kampung halaman ketika idul adha. Kebalikan dengan orang Indonesia, yang merayakan mudik ke kampung saat lebaran idul fitri.
http://gifimage.net


Jadi pengen pulang.
Tetapi bagaimana pun juga, rasa kangen terhadap orangtua di rumah selalu ada. Meskipun ane jarang merayakan Idul Adha di rumah. Hidup ane rasanya terlalu banyak dihabiskan untuk memikirkan berbagai cara agar bucket list yang di impikan segera terpenuhi secepatnya, sampai akhirnya lupa untuk sekedar membalas chat dari orangtua. Beruntungnya, ane mempunyai orangtua yang cukup posesif dan selalu menanyakan kabar dari anaknya ini.
Sampai sekarang ini, mungkin orangtua ane akan selalu melihat sosok anaknya ini sebagai anak kecil yang harus selalu diperhatikan. Sering kali ane merasa risih dengan hal itu. Seolah tidak bisa melakukan hal-hal yang ingin ane lakukan, karena terbentur oleh restu orangtua.
Kalau di flash back ke tahun-tahun sebelumnya, hidup ane seolah didikte dengan pilihan orangtua. Mulai dari masuk ke pondok pesantren, bahkan sampai sekarang ini. Tetapi kenyataannya, ane masih bisa mendapatkan hal-hal yang di impikan, dan semua itu selaras dengan keinginan orangtua. Yang paling penting, ane bahagia akan hal itu. Enggak ada rasa penyesalan.
Bagaimana pun juga, ane akan selalu percaya bahwa restu serta doa orangtua itu jauh lebih mujarab, ketimbang doa yang kita panjatkan seorang diri. Terlebih doa seorang ibu. Bahkan Rasul pun mengucapkan sosok ibu, tiga kali. Dan setelahnya baru ayah.
Tulisan ini cuma mau mengingatkan kepada diri sendiri, untuk selalu ingat kepada orangtua. Dan kalau pun memang bisa bermanfaat kepada kalian yang membaca tulisan ini, ane akan lebih senang lagi.
Ane pernah membaca quote seperti ini,
Parents notice your fake friend, before you do
Menurut ane, kutipan itu mempunya makna yang jauh lebih luas dibandingkan hal itu. Jadi, kalau kalian sendiri, masih sering bercerita banyak hal kepada orangtua? Sudah minta restu dan doa dari mereka belum?
Newer Posts Older Posts Home

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Sebuah kesepian dan arti sempurna
  • Sebuah impian indah
  • Ucapan terimakasih kepada group ini
  • Beragam Promo Kartu Kredit BCA Terbaik Hingga 2020
  • Pengalaman umroh backpacker selama 28 hari

Categories

  • Cerpen
  • Dailylife
  • Health
  • Puisi
  • Review
  • Talks
  • Tech
  • Travel

Followers

___pauji

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates