Mahasantri.
Mahasantri.
  • Home
  • About
  • My Book
  • Features
    • Dailylife
    • Health
      • Gym
      • Diet
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Tech
    • Talk
  • Contact Us

Dailylife

Travel

Health

Subscribe to my Newsletter

 Bagi gue, aplikasi facebook itu masih sangat berguna. Walaupun memang tidak bisa dipungkiri, jari gue lebih sering menekan aplikasi Instagram  atau pun Twitter. Dan akhir-akhir ini baru mulai main Tiktok juga sih. Meskipun hanya sebagai penonton saja.

Kenapa orang-orang yang suka joget di Tiktok itu lentur banget pinggangnya. Kayak pensil Inul, anjir.

Oke, fokus.

Banyak grup-grup yang gue ikuti di Facebook. Mulai dari Photography, Blogger, dan juga hobi-hobi gue yang lain. Satu di antaranya adalah yang berkaitan dengan komputer.

Komputer yang gue punyai saat ini bentukannya lumayan besar. Dan sudah melalang buana pergi dari satu negara, ke negara lain bersama dengan gue. Mulai dari Indonesia – Mesir – Yordania – Indonesia lagi.

Dan sering kali gue menghadapi masalah yang berulang, saat membawa komputer tersebut dari satu negara ke negara lainnya.

Memang kurang kerjaan sih, bawa-bawa komputer dari satu negara ke negara yang lain. Ya mau gimana lagi, adanya komputer. Mau bawa kamu, tapi kan...

GA USAH NGELUCU, SU!

Baca juga: Komputer dan penjual bagasi kampret

Permasalahan tersebut berupa monitor yang tidak menyala. Padahal sih, semua kabel telah terpasang rapi, tombol power di komputer juga sudah dinyalakan. Tapi sering kali, masalah tersebut datang berulang-ulang kali.

Mungkin beberapa tips berikut ini, bisa berguna juga untuk kalian yang menghadapi monitor yang tidak menyala.

- Cek RAM -

Nah, sering kali permasalahan orang-orang yang monitornya tidak menyala adalah dari RAM. Maka dari itu, bagi kalian yang sering membawa komputernya berpergian, sebaiknya agar mencopot RAM terlebih dahulu.

Saat komputer gue dibawa dari Indonesia ke Mesir, gue tidak menemukan masalah di monitor yang tidak menyala. Karena, case komputer yang gue punya, telah gue berikan pengaman berupa busa dan juga kardus dari case nya.

Permasalahan gue terjadi saat dari Mesir menuju Jordan. Saat itu, segala komponen komputer masing terpasang. Dan case yang gue punya, gue letakkan di tas plastik berukuran besar. Sambil gue selimuti dengan sweater dan juga handuk, menutupi case yang gue punya. Alhasil, monitor gue tidak menyala.

Untuk membenarkan nya, bisa dengan cara mencabut RAM yang telah terpasang di Motherboard komputer kalian. Lalu, dipasangkan lagi di tempat yang berbeda.


Kan ada Motherboard yang bisa dimasukkan 4 RAM tuh. Kalau sebelumnya diletakkan di slot 1  serta slot 3, bisa diletakkan di slot 2 dan 4. Tapi bagaimana jika Motherboard yang dimiliki hanya mempunyai 2 slot saja?

Hal yang bisa dilakukan adalah dengan mencabut RAM, lalu kuningnya itu, yang biasa dipasang di Motherboard itu loh, tau kan. Ya pasti tau dong bre.

SOK ASIK, SAT!

Kuning RAM tersebut, bisa dibersihkan terlebih dahulu menggunakan penghapus pensil. Mau penghapus pensilnya berwarna hitam atau putih, bebas. Pokoknya penghapus pensil. Jangan pakai penghapus papan tulis. Enggak usah ngadi-ngadi antum.

- Cek segala kabel -

Beberapa kali, gue juga pernah salah memasang kabel. Baik itu kabel-kabel yang langsung dicolok ke listrik, maupun kabel-kabel yang ada di dalam komputer. Biasanya gue akan mengecek ke kabel Hardisk terlebih dahulu. Karena program windows di komputer gue berada di SSD, maka gue akan mengecek kabel SSD terlebih dahulu.

Gue akan menyoba untuk memasangkan lagi kabel SSD yang mengarah ke Motherboard maupun ke Power supply.

Sebenarnya hanya dua poin itu saja yang penting. Tapi diusahakan, agar jangan sering-sering mematikan komputer secara paksa. Dengan menekan tombol power lama. Karena akan berbahaya juga untuk komponen komputer lainnya.

Kalau dua hal itu sudah dilakukan dan masih belum bisa booting banyak kemungkinan yang lain. Yang paling banyak sih, karena Power supply nya yang rusak. Tapi selama sudah membeli Power supply (PSU) yang bagus, biasanya akan ada tanda 80 di kotak bungkusannya, sepertinya akan baik-baik saja.

Kemungkinan lainnya adalah dari VGA nya. Jika kabel HDMI yang dari monitor dipasangkan di VGA dan tidak kunjung menyala komputernya, bisa dicoba untuk memasangkan kabel HDMI nya langsung ke Motherboard nya.

Saat perjalanan gue dari Mesir menuju Yordania, monitor gue enggak menyala setelah gue pastikan segala kabel terpasang. Memang saat itu, komputer gue serta komponen nya masih tersimpan rapi di casing nya. Jadi gue rasa, enggak perlu untuk dicopot satu persatu.

Setelah membersihkan RAM yang gue punya, serta menaruhnya di tempat yang berbeda, akhirnya komputer gue bisa kembali menyala.

Tapi, berbeda saat perjalanan gue dari Yordania menuju ke Indonesia.

Komponen komputer telah gue copot semua. Mulai dari VGA, Motherboard, Hardisk serta PSU. Hanya RAM yang enggak gue cabut dari Motherboard.

Sesampainya gue di Jakarta, segala komponen tersebut gue pasang di casing yang baru. Hasilnya? Monitor tidak kunjung menyala. Dan ini memang pertama kalinya bagi gue untuk merakit komputer seperti ini. Karena pertama kali beli, sudah diurus oleh abang-abang toko komputernya. Paling yang sering gue lakukan hanya memberishkan debu-debu dan juga menaruh hiasan di dalam komputer.

Hal yang gue khawatirkan dari monitor yang tidak menyala ini adalah kabel yang enggak terpasang dengan rapi. Khusunya kabel dari Hardisk ke Motherboard serta PSU. Tapi setelah gue coba berkali-kali hasilnya tetap sama.

Gue mulai dapat pencerahan setelah membenarkan dan menggunakan RAM secara bergantian di Motherboard.

Voila!



Ternyata penyebab komputer gue tidak kunjung menyala akibat dari rusaknya salah satu RAM yang gue punya. Jadi selama beberapa hari gue hanya menggunakan RAM sebanyak 4 gb untuk komputer. Sebelumnya 8 gb. Tapi, saat tulisan ini naik, komputer gue sudah memasang 16 gb RAM untuk komputer gue.

1 keping nya 8 gb.

Dan setelah 10 jam berkutat mengurusi komputer ini, akhirnya monitor gue bisa menyala lagi. Iya, gue mulai merakit komputer dari jam 3 sore.

MANTAP!




 

Semoga tulisan gue bisa membantu kalian ya!

 Udara pagi di Jordan, terasa lebih dingin jika dibandingkan dengan Mesir. Biasanya, pagi seperti ini akan ada orang yang masuk ke tiap kamar, lalu membangunkan shalat shubuh. Meskipun hanya ditendang pelan supaya bangun, setidaknya ada usaha yang dilakukan agar teman yang lainnya untuk shalat shubuh.

Nah, orang yang melakukan hal seperti itu biasanya bukan gue.

Gue lebih sering ditendang, meskipun enggak berasa juga sih.


Dibandingkan teman gue yang di Mesir, lebih berasa dibangunin sama nyokap. Enggak hanya nyokap aja sih. Bokap gue pun sama aja. Masuk ke kamar, sambil bawa gayung berisikan air, lalu anaknya (baca: gue) akan disiram. Entah di muka atau di kaki, menyesuaikan kehendak mereka saja. Jikalau panjang selang kamar mandi sampai kasur gue, sepertinya akan disiram menggunakan benda tersebut.

Anaknya dikira taneman kali ya.

Kalau enggak disiram seperti itu, biasanya bokap dengan senang hati mengumandangkan lagu tepat di kuping anaknya ini. FYI, suara bokap gue kalau nyanyi itu enggak bagus sama sekali.

Tapi kalau misalnya bokap gue baca tulisan ini, aku sayang bapak ku. Kirimin duit dong, pak.

Ehe

**

Gue harus mengakui untuk menggunakan kamar mandi di rumah gue saat ini, sangat lebih menyejukan hati. Enggak ada lagi tuh yang suka mengetuk pintu kamar mandi tiap saat. Bersyukurnya punya anak rumah yang baik hatinya tuh ternyata seperti ini. Baru ngerasain.

Gue enggak akan pernah bisa setenang ini, saat menggunakan kamar mandi ketika di Mesir. Baru buka kaus udah ada yang gedor pintu.

BARU BUKA KAOS LOH, CUK. CELANA AJA BELOM DIBUKA, SAT!

Rutinitas sebelum shalat Jum’at, selalu akan seperti itu saat gue di Mesir. Orang-orang yang sedang memegang handuk, akan diberi peringatan agar tidak membuang air besar. Belum mau masuk kamar mandi loh ini. Hanya diperbolehkan mandi. Kalau hanya wudhu akan jauh lebih baik. Semakin cepat di kamar mandi, maka semakin baik.

Tapi sejujurnya, shalat Jum’at di Mesir itu jauuuuh lebih enak dibandingkan dengan di Yordan.

Jika telah berkumandang adzan, kami para anggota rumah akan duduk santai di ruang tengah. Lalu, saat mulai khutbah pertama, baru lah kami mulai tersadar untuk menggunakan kamar mandi. Kami. Bukan gue doang ya. Jangan seudzon ya antum.


Lalu jika ada anak rumah yang membuka pintu sambil memakai gamis serta membawa sajadah, pertanyaan yang keluar adalah,

“Shalat di masjid yang mana?”

Pertanyaan itu keluar dari teman rumah gue yang lain, setelah melihat gue dan anak-anak lainnya pulang dari masjid.

Kenapa pertanyaan seperti itu yang keluar?

Karena, masjid di Mesir itu buanyak.

Banyak banget.

Setiap gang ada masjid.


Di dekat rumah gue sendiri pun ada 4 masjid yang jaraknya hanya 100 meter dari rumah. Kalau mau yang lebih jauh dikit, ada 2 lagi.

Jadi, kalau sudah terdengar suara khutbah shalat Jumat, biasa aja gitu. Enggak ada rasa panik sama sekali.

Pilihannya banyak.

Sedangkan di tempat gue saat ini, masjid hanya ada satu. Skill gue yang enggak panik saat mendengar khutbah pertama sudah mulai luntur. Ya lagi pula, seharusnya gue enggak bangga juga sih punya skill seperti ini.

Goblok!

Jadi, berapa orang yang pernah kamu sundul mukanya?

Mungkin gue lumayan telat untuk menuliskan, bahwa tahun ini yang gue ingat hanya lah bulan Januari, Febuari, lalu Desember.

Tapi ya bodo amat lah ya.

Banyak hal yang direncakan gagal dilakukan di tahun ini. Tapi banyak hal juga yang bisa dipelajari dari tahun ini. Karena, ya percuma aja kan untuk mengeluh terus-menerus dan enggak belajar dari hal tersebut?

Jika hidup hanya mengejar apa yang kita inginkan, dan melupakan untuk bersyukur terhadap apa yang kita punya itu rasanya sangat melelahkan. Jadi, gambaran besar pelajaran yang bisa gue ambil di tahun ini adalah perbanyak bersyukur dengan apa yang dipunya saat ini.

Punya badan sehat, nafsu makan masih ada, bisa istirahat dengan tenang meskipun di dalam mimpi yang keluar adalah sosok wanita yang tidak diinginkan. Ya emang diri kita enggak bisa memilih mimpi apa yang ditunjukkan. Tapi, masa di dunia nyata hal tersebut susah dijadikan kenyataan, dalam mimpi juga enggak bisa sih.

Terus, udh selesai tulisan nya?

Tentu saja tidak, anak kuda!


Gue biasanya selalu mengeluh dengan kemampuan gue untuk bersosialisasi terhadap orang lain. Tapi perlahan (baca: kadang-kadang) mulai bisa untuk melakukan hal tersebut. Sekarang ini gue jauh dari teman-teman gue yang dulu di Mesir. Udah enggak ada lagi kegiatan untuk mendatangi cafe bersama-sama lalu menikmati pertandingan bola. Udah enggak ada lagi teman-teman yang online, saat gue membuka aplikasi permainan di smartphone yang gue miliki. Dan masih banyak lagi yang lain.

Gue sadar, ternyata lingkaran pertemanan itu selalu berganti-ganti. Ada yang pergi, dan ada yang datang. Semua orang memiliki kesibukan dan skala prioritas yang berbeda-beda. Di saat dulu, nongkrong bareng adalah kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan. Mungkin saat ini, teman gue enggak melihat hal tersebut seru untuk dilakukan sekarang ini. Dia akan lebih memilih untuk tinggal di rumah dan menghabiskan waktunya untuk berbicara seharian dengan pasangan nya.

Jika dulu temen gue adalah si kancil anak nakal suka mencuri ketimun ayo lekas diburu jangan diberi ampun.

Itu lirik lagu, bangsat!

Mungkin di tahun-tahun lalu memainkan game terasa seru untuk dilakukan, mungkin teman-teman gue sekarang tidak merasakan hal tersebut. Mungkin masih seru sih, tapi frekuensi untuk memainkan nya jauh lebih sedikit, ketimbang dulu. Sekarang, lebih memilih untuk mengurus anaknya.

Itu di tahun-tahun sebelumnya.

Di saat gue masih remaja.

Mau nulis ‘ketika gue imut’ rasanya kurang cocok. Karena seinget gue, diri gue imut saat masih berumur 7 bulan. Bulan ke-8 udah amit-amit.

Baca juga: Apa semua anak kecil baik?

Dan di saat sekarang ini, lingkungan gue berisikan anak-anak remaja. Rasanya kayak ditarik lagi gitu.

Kalian enggak tau deh pokoknya.

Dih, sok pinter, asu

Meskipun kebanyakan dari mereka berumur di bawah gue, tapi kepintaran nya itu melebihi diri gue sendiri. Faktor umur tuh memang enggak berjalan lurus dengan kepintaran memang.

Yang paling terasa adalah dengan diri gue yang selalu membatasi diri ketika berada di lingkungan saat ini. Perkataan harus dijaga, karena bagaima pun juga gue lebih tua. Enggak bisa se-enaknya datang ke sebuah acara, lalu banting kursi.

Uhm... kalau ini, sebenernya mau sama yang seumuran pun, gue enggak pernah melakukan hal seperti ini juga sih.

**


Pelajaran selanjutnya yang bisa gue ambil itu mungkin jangan terlalu mengkhawatirkan masa depan. Sangat wajar, dan merupakan hal yang boleh dilakukan untuk menuliskan segala kegiatan atau hal apapun di beberapa tahun ke depan. Tapi, jika kemudian memikirkan hal tersebut terus-menerus tanpa melakukan apa-apa, ya sama aja bohong.

Ibaratnya saat ingin mencukur kumis, tapi kumis orang lain yang dipotong.

Enggak, ini enggak masuk analogi nya.

Ya ibaratnya seperti mau makan tahu, tapi beli nya bunga matahari ya Hamtaro berlari tuk tuk tuk Hamtaro berlari Hamtaro berputar di atas roda putarnya.

INI LU NULIS APAAN SIH, SAT!

Gue kurang pinter untuk membuat analogi, jadi skip aja lah ya.

Beberapa kali ada teman-teman gue di sini yang mulai bercerita ke gue tentang apa yang difikirkan nya. Ya sebagai pendengar yang baik, tentu saja gue sembur mukanya.

Enggak, enggak gitu dong ya.

Jangan ngadi-ngadi antum.

Ada beberapa hal yang mereka sampaikan, lalu akan gue jawab sesuai kemampuan gue.

Beberapa ada yang ingin hidup seperti layaknya seleb. Enggak salah sih sebenarnya. Tapi sepertinya, leih baik berhentilah menggantungkan harapan untuk menjadi seleb, jika titik mulainya aja sudah beda jauh gitu. Kan, bisa jadi yang lain. 

Contohnya jadi mas-masa biasa gitu.

Mungkin dari omongan mereka, gue pun juga jadi sempat berfikir. Usaha yang dilakukan kok engga sesuai dengan hasil. Sebagai seorang umat beragama, gue percaya dengan kekuasaan Yang Maha Penguasa alam semesta. Usaha yang dilakukan sebagai bentuk ikhtiar, lalu jangan lupa untuk selalu berdoa. Minta doa juga jangan lupa. Kan diri kita enggak tau juga, jika doa orang lain langsung diijabah oleh Yang Maha Penyayang.

Sepertinya enggak baik juga untuk selalu berfikir,

‘Kok Tuhan begini banget sih sama gue’

Bukannya lebih baik untuk berfikir,

‘Pasti Allah punya rencana lain yang lebih bagus dari ini’

Gue merasa bijak banget setelah nulis paragraf sebelumnya itu. Iiih aku bijak banget deh.

Lah, sok asik, su!

Baca juga: Apakah hidup adalah sebuah pilihan?

**

Nah, bagaimana dengan kalian?

Hal apa yang bisa dipelajari di tahun ini?

 Fyuh

Selalu kagok, jika udah lama enggak nulis, lalu mulai nulis lagi. Terlebih, gue tipikal yang saat menulis untuk blog, langsung mengupload tulisan nya. Jadi enggak masuk ke draf. Paling di cek satu atau dua kali, lalu langsung upload. Tulisan kali ini pun mungkin akan seperti itu juga.

Dua bulan sebelum gue berangkat ke Yordania, diri gue selalu dihantui oleh rasa khawatir yang aneh. Padahal sejatinya, ya hal tersebut merupakan suatu kejadian yang lumrah dan dirasakan oleh semua orang. Meskipun pada awalnya, gue selalu bercanda ketika berhadapan dengan hal ini, sejatinya ada rasa takut yang menghampiri.

Hal tersebut bernama adaptasi.

Sampai sekarang, gue masih membedakan mana itu kenalan dan mana itu teman. Meskipun, mungkin saja beberapa orang lain, mungkin dirimu salah satunya, menganggap hal tersebut tidak ada bedanya.

Pantesan temen gue dikit ya.

Bagi gue yang lumayan cukup lama tinggal bersama teman-teman di sana, masuk ke kolam baru, lingkungan baru merupakan suatu hal yang asing. Terlebih lagi, gue bukan lah tipikal orang yang sok asik dengan orang baru.

Jika ada kondisi di suatu pertemuan, gue akan menghampiri seseorang yang sedang memperhatikan sekitar. Mirip kayak tukang hipnotis sih, tapi maksud gue bukan seperti itu. Lalu setelah nya gue ajak kenalan, dan voila!! Gue punya teman yang bisa diajak ngobrol selama sesi pertemuan ini berlangsung.

Hal seperti ini sering terjadi di kehidupan yang gue alami. Salah satunya yang masih teringat sampai sekarang, ketika pertemuan komunitas blogger di Jakarta bertemu di Monas. Saat itu yang ikutan ramai sekali, kisaran 30 orang sepertinya. Selain penanggung jawab acara, seseorang yang akhirnya gue kenal sampai sekarang adalah Tata.

Enggak, dia lagi enggak memperhatikan sekitar. Tapi, gue berani untuk berkenalan, karena dia seorang diri juga saat itu. Meskipun setelahnya, banyak perhatian yang tertuju ke arahnya, karena dia melakukan Stand-up Comedy.

**



Beberapa kali gue membicarakan hal seperti ini ke temen gue, jawabannya sama.

“Lu tuh enggak bisa langsung sok asik. Karakter lu tuh bukan kayak gitu”

Em... ucapan sebenarnya sih banyak kata-kata kasar, tapi kurang lebih poin nya yang kayak gitu.

Di saat itu, mungkin refrensi gue melihat orang yang sok asik, hanya mentok di salah satu orang yang gue kenal. Yang dia lakukan sok asik ke semua orang, lalu selanjutnya akan meminta bantuan dari orang yang dia sok-asikin.

Sok akrab, lalu menyusahkan orang lain.

Kalian paham enggak tulisan gue barusan?

**

Sesampainya gue di Yordania, masalah itu benar terjadi. Gue sulit untuk berkomunikasi dengan orang-orang baru. Lebih memilih untuk berdiam diri di kamar sambil mendengarkan lagu.

Beruntungnya, orang-orang di sini sangat baik-baik sekali. Tiga bulan di awal, gue masih bingung dengan orang-orang di sini yang terkesan sangat supportif sekali dengan orang lain. Sedangkan, yang gue alami di Mesir kemarin, gue selalu bertemu dengan orang-orang yang sering menjatuhkan.

“Dih alay”

“Dih apaan sih”

Mungkin maksudnya, gue diharuskan untuk menjadi orang yang mandiri serta kuat(?)

Tapi beda banget rasanya saat gue tinggal di sini. Orang-orang nya ramah, suka saling menolong. Kalau ciri-ciri menantu idaman, orang sholeh, dan gemar membantu orang lain, mungkin orang-orang sini masuk kedalam golongan orang-orang tersebut.

Hampir setahun masuk ke ‘kolam’ baru, ternyata enggak seburuk yang gue fikirkan. Justru banyak hal menarik yang bisa dipelajari dari setiap orang-orang nya.

Meskipun begitu, gue memang enggak bisa langsung terhubung dengan orang-orang baik tersebut. Bukan bermaksud diri gue paling tua, tapi kebanyakan orang-orang di sini, umur nya di bawah gue semua. Rata-rata beda 6 tahun.

Gue seperti anak baru yang datang, tapi dipanggil dengan sebutan ‘bang’. Gue enggak tau juga sih, hal seperti ini, terjadi juga di dunia kerja atau enggak.

Jika di Mesir kemarin, gue merasa masih banyak memiliki senior dan merasa menjadi junior terus-menerus, saat tiba di sini kejadiannya malah terbalik.

Dianggap senior(?)

Tapi setelah gue teliti lagi, sebenarnya gue enggak dianggap sebagai senior. Melainkan sebagai orang yang umur nya lebih tua aja gitu. Beberapa ada yang manggil dengan ‘Bang’ dan sebagian lain ada yang memanggil nama. Perjalanan menjadi orang dewasa itu ternyata ribet. Tapi seru sih.

Gue enggak ada masalah juga kok, asalkan enggak memanggil dengan laqob aja.

Meskipun beberapa temen gue yang pernah kuliah di sini, sekarang sih udah pada balik semua nya ya ke Indonesia, mereka dianggap sebagai senior dan semuanya hormat kepada mereka.

Jadi menurut gue, sosok senior dan umur yang lebih tua itu berbeda. Kalau menurut kalian gimana?

Masuk ke kolam baru itu enggak selamanya buruk. Banyak hal menyenangkan nya juga, karena bisa berkenalan dengan orang-orang baru serta menyadari bahwa masih banyak orang-orang baik di luar sana.

Pelajaran hidup yang sekarang gue dapat adalah beradaptasi serta skill berkomunikasi dengan orang lain itu ternyata sangat penting.

Mungkin hal yang berubah dari diri gue di beberapa tahun lalu dan sekarang ini, gue menjadi sosok yang lebih pendiam. Gue selalu enggak suka dengan orang yang umurnya lebih tua dan merasa paling pintar dan paling tahu segala hal, dan gue enggak mau menjadi sosok seperti itu. Karena-nya sekarang ini gue lebih banyak untuk mendengarkan serta memperhatikan. Enggak perlu berbicara jika enggak disuruh bicara atau pun dimintai pendapat.

Terkadang motivasi yang gue ucapkan ke segala hal yang akan terjadi,

“Hajar aja lah”

 Seperti salah satu quotes dari filusuf Stoicism

“We suffer more often in imagination than reality”

Older Posts Home

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Sebuah kesepian dan arti sempurna
  • Sebuah impian indah
  • Beragam Promo Kartu Kredit BCA Terbaik Hingga 2020
  • Contoh orang jujur
  • Sikap orang setelah keseringan pacaran

Categories

  • Cerpen
  • Dailylife
  • Health
  • Puisi
  • Review
  • Talks
  • Tech
  • Travel

Followers

___pauji

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates