Kesalahan yang harus dihindari saat menghadapi ujian di kampus Al-Azhar Mesir

Berbeda dengan kampus kebanyakan di Indonesia, di kampus Al-Azhar Mesir hanya memiliki dua kali ujian. Ujian termin satu, dan ujian termin kedua. Biasanya, ujian termin satu dilaksanakan saat musim dingin. Sekitar bulan Desember ataupun Januari. Dan ujian termin kedua, saat musim panas. Biasanya bulan Mei, Juni ataupun Juli.
Ujian termin kedua durasinya lebih lama, karena selain ada ujian tulis, terdapat ujian lisannya juga. Bagi yang suka menghafal pelajaran, tapi kurang memahami, biasanya akan kewalahan saat ujian lisan. Kalau gue? Ya tentu masih kesulitan dong, bos! Harus sering men-sinkronkan pertanyaan serta jawaban yang ada di buku. Kalau ujian tulis, kalau enggak paham, bisa ngasal. Di ujian lisan, mau ngasal kayak gimana coba? Berhadapan sama penguji berprawakan galak, meskipun sejatinya baik, tetap saja punya rasa deg-degan yang tinggi.
Sebenernya rasa takut saat ujian lisan, hanya dirasakan oleh tipikal mahasiswa seperti gue dan segilintir orang saja. Mereka yang pintar, mana paham rasa takut seperti ini. Lha wong, bisa menjawab semua pertanyaan. Santuy saja, anak badak.

Di kampus gue enggak ada sistem semester ataupun sks seperti di kebanyakan kampus lain. Kalau ada tiga mata pelajaran yang mendapatkan nilai jelek, disuruh mengulang setahun lagi. Seperti enggak naik kelas gitu. Sistem pembayarannya? Murah sajo. Bahkan, kalaupun lu enggak ada uang, dan enggak bisa membayar, masih diizinkan untuk belajar kok. Kalau misalnya kalian enggak bayar dari tahun pertama, meskipun sedikit kemungkinannya lah ya, sampai tahun ke empat, ya di jumlahin aja semuanya.
Tapi mari lupakan tentang prosedur itu.
Ujian terakhir di termin kedua kemarin, masih membekas sekali di hati gue. Apakah tiba-tiba gue diberikan beasiswa? Tentu tidak. Apakah tweet gue viral? Tentu saja bukan.
Syarat memasuki ruangan ujian itu adalah kalian harus membawa paspor, ataupun kartu tanda mahasiswa, yang disebut kernih. Dan saat mendapati kernih fakultas gue yang berbeda dengan fakultas lain, muncul benih rasa iri. Bentuk kartu mahasiswa fakultas lain seperti pada umumnya, mirip seperti kartu atm(?) Sedangkan fakultas gue, memberikan kernih berupa lembaran seperti kertas karton yang sudah tertulis nama, nomer tempat duduku (untuk ujian nanti), dan tingkat mahasiswanya.

Saat ujian terakhir, paspor gue sedang berada di kantor imigrasi, untuk diperpanjang masa visanya. Biasanya, gue akan mendapatkan cap berupa visa baru, di awal tahun. Di bulan Januari-Februari. Dan di bulan itu juga, kalau ada uang gue akan pergi ke luar kota untuk liburan. Dan kenapa sampai pertengahan tahun masih enggak mempunyai visa baru? Kemungkinannya satu. Mahasiswa Indonesia makin banyak. Banyak banget, anjay. Saat anak baru, angkatan gue berkisar 400an orang, sekarang kalian tau berapa? Hampir 2000 orang. Itu orang loh, bukan kurma.
Hari-hari sebelumnya saat ujian, gue akan mengakali dengan membawa paspor lama gue untuk bisa mengikuti ujian didalam ruangan. Bagaimana dengan kernih yang seharusnya setiap mahasiswa miliki? Saat pengurusannya, si penjaganya lupa untuk membuat kernih. Penjaganya lupa, dan gue pun lupa. Kompak syekali kan?
Gblk
Ketika ujian terakhir, gue datang ke kampus lebih cepat dari biasanya. Ujian gue mulai jam satu siang, saat Kairo tengah panas-panasnya. Jam dua belas lewat lima menit, gue sudah meninggalkan rumah menuju kampus. Sambil mengucapkan mantra, ‘Ujian terakhir. Harus fokus! Abis itu lanjutin nonton Breaking Bad’. Sesampainya di kampus, biasanya gue akan duduk di taman sambil mengulang bacaan serta hafalan untuk materi hari ini. Tapi karena hari itu panasnya kurangajar, gue memutuskan untuk bergegas menuju ruang ujian. Selain karena adem, gueenggak berminat membuat kulit gue lebih eksotis lagi. Sudah cukup.
Melihat jam di ponsel menunjukkan satu kurang lima belas menit. Saat memeriksa tas, gue baru sadar ternyata paspor gue enggak ada. Panik? Tentu saja. Gue bakalan diusir dari ruangan ujian kalau tidak menunjukkan kartu identitas. Tapi gue mencoba untuk tenang, enggak memikirkan untuk kembali ke rumah karena udaranya yang kebangetan panas, serta tentu saja enggak lupa untuk berdoa agar pengawas ujian kali ini berhati mulia, sering menabung, serta murah senyum.
‘Kamu cepat keluar! Minta tanda pengenal kalau kamu memang ujian di tempat ini’
MANTAP
Campuran rasa was-was, takut hafalan hilang, keringat di sekujur badan, menjadi satu. Letak kantor adminastrasi berada di gedung sebrang, dekat sebenarnya, tapi paman penjaganya aja nih yang kadang susah diajak kerjasama.
Sampai disana, gue melihat pintu ruangan administrasi tertutup rapat. Beruntungnya si paman yang ‘baik hati’ ini berada di ruangan sebelahnya sedang mengobrol bersama petugas yang lain. Anehnya, ketika mereka sedang mengobrol, tangan si paman tetutup oleh busa sabun yang belum dibilas. Alig uga.
Yaa Am, tulung lah ini. Paspor saya di kantor imigrasi. Saya enggak bisa masuk ruangan ujian”
“Lah, gimana bisa. Terus tandanya kamu beneran mahasiswa disini tuh apa? Hah? Hah?
Hah?”
*kayak penjual keong, anjay
“Beneran kok saya ujian hari ini, enggak bohong”
“Sekarang kamu bawa apa?
*nyodorin kertas
“INI APAAN, KAMBING?”
“Menurut anda apa nih, pak?”
“Ini lembaran kertas soal kemarin, dan kamu nulis nomor tempat duduk dan nama?”
“DUA JUTA RUPIAH!!”
“Sana kamu ke ruang ujian, nanti saya nyusul”
Hati lega.
Saat ingin mengulurkan tangan, langsung gue tarik kembali. Meningat tangan paman ini masih dipenuhi oleh busa sabun.
Ini kesalahan fatal dan jangan pernah ditiru oleh masisir yang lain. Cukup sekali seumur hidup gue melakukan hal seperti ini. Kecerobohan seperti ini sebenarnya bisa dihindari dengan cara memfotokopi lembaran depan paspor, lalu taruh di tas, ataupun di dompet. 

Hendaklah para penuntut ilmu selalu memperbaiki niat dalam belajar, sehingga semua perbuatan hanya ikhlas karena Allah semata
Ucapan dari Syekh Muhammad Abu Hasyim ini sepertinya harus di praktekkan oleh semua pelajar. Betul tidak? 


3 Comments

Biar gue bisa baca blog kalian juga, tolong tinggalkan jejak ya!

  1. Jiii... yaampun lu masih nulis blog ternyata. Keren lah.
    Itu seriusan 2000 orang mahasiswan Indonesia?? Udah diitung baik-baik belum? Coba itung yang bener total pastinya berapa. Hahaha

    Semangat kuliahnya, ji. Semangat nulisnya juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya uy
      sempet hiatus dua bulanan juga nih, cup.
      ehe

      temen gue ada yang jadi pengurus anak baru gitu, dan emang kisaran segitu uy. rame syekali

      tengkyu, cupp!!

      Delete
  2. otw ke Mesir saya bang....hahaha

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Ads

Ads