Cara Menguji Keimanan

Sebelum masuk ke pembahasan mengenai Cara Menguji Keimanan, mungkin akan gue mulai dari pengertian tentang Iman.


Iman adalah keyakinan manusia terhadap Allah, Malaikat, Kitab, Nab dan juga Rosuli, Hari kiamat serta Qada dan Qadar. Keimanan seseorang diyakini dari hati, serta melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan dan menghindari apa-apa saja yang dilarang oleh-Nya.


Cara Menguji Keimanan



Meskipun begitu, banyak hal-hal remeh yang sering kali gue temui sering menguji keimanan yang gue miliki. 


Berhubung gue merupakan salah satu mahasiswa Timur Tengah, tentu saja keimanan gue sangat tipis. Berbeda dengan teman-teman gue yang lain nya.


Saat ini di Yordania sedang musim panas yang cuaca nya mencapai 30 derajat. Masih sangat terhitung sejuk, jika dibandingkan dengan Mesir yang bisa mencapai 48 derajat.


Mau keluar rumah, tersiksa karena udara yang sangat menyiksa. Berdiam diri di rumah pun juga tidak menyelesaikan masalah panas, karena kipas angin yang dinyalakan mengeluarkan hawa panas. Jadi yang bisa dilakukan adalah tawakkal kepada Allah.


**


Sampai saat ini, gue masih belum menemukan alasan kenapa panas di hari Jumat sangat berbeda dibandingkan dengan hari-hari yang lain. Rasanya beda aja gitu. Terutama, saat menjemur pakaian di hari Jumat, rasanya hanya perlu satu jam untuk kering.


Kalian merasa gitu juga enggak sih?


Dan di hari Jumat hal yang menguji keimanan gue diuji.


Jadi, hari Kamis malam gue baru saja pulang ke rumah setelah berkunjung ke rumah teman, Satria namanya. Alasan nya adalah untuk meminjam sandal teman rumah nya, Surya, yang sedang liburan di Indonesia.


Kenapa gue enggak beli sandal? 


Umm… Lumayan sulit untuk mencari sandal yang ukuran nya pas di kaki.


Memang benar, postur tubuh orang Arab memang besar jika dibandingkan dengan orang Indonesia. Tapi enggak semua nya. Yang badan nya kecil pun ada.


Jadi tau kan, alasan gue enggak membeli sandal?


Nah, betul sekali karena gue nya aja yang malas mencari toko sandal.


Kaga nyambung, sat!


Di hari Jumat pagi, muka gue lebih banyak tersenyum, karena nanti nya ketika berjamaah salat Jumat, gue enggak perlu memakai sandal yang bentukan beda. Sebelah kiri, sandal jepit. Dan sedangkan yang sebelah kanan, sandal slop


Suasana hati masih nyaman, enggak grasak-grusuk ketika waktu mulai menunjukkan mendekati adzan salat Jumat. Berbeda saat gue di Mesir, yang harus mengantri, karena satu rumah berisikan sampai 10 orang, di sini hanya berisikan 3 orang.


Gue menjadi orang terakhir yang keluar dari kamar mandi. Sedangkan anak rumah sudah pergi ke masjid. Gue masih sibuk mengenakan gamis berwarna hijau, menata rambut agar terlihat lebih rapi, dan juga melipat sajadah yang akan gue gunakan di masjid.


Saat melihat ruang tengah, senyuman gue mulai hilang. Sandal yang gue bawa dari rumah teman gue yang sebelumnya, sekarang sudah enggak ada. Dan suara adzan kedua telah berkumandang.


Mau marah, merasa kalau itu enggak ada gunanya. Hanya membuang energi serta waktu, fikir gue saat itu. Kemudian langkah kaki gue mengarah ke kamar mandi, mengambil sandal kamar mandi yang bentukan nya berbeda.


Apakah terasa nyaman?


Gue pukul aja ya lu. Pake nanya segala lagi, sat!


**

Keimanan Seorang Mas-Mas Biasa


Masjid mulai terisi penuh. Beberapa orang ada yang mempercepat langkah kaki nya untuk masuk ke dalam masjid, berharap ada space kosong dan bisa salat dengan tenang. Gue pun beberapa kali sering seperti itu. Dan menurut pengamatan gue yang sangaat bodoh ini, melakukan hal seperti itu harus mempunyai skill dan jam terbang yang lumayan tinggi. Karena, enggak semua orang bisa melakukan nya.


Cara Menguji Keimanan



Berhubung gue membawa sajadah, gue enggak memaksakan untuk bisa masuk ke dalam masjid. Gue masih bisa salat dengan khusyuk di teras masjid. Tapi itu sebelum gue salat.


Pada kenyataan nya, setelah melakukan Takbiratul ihram, sajadah yang telah gue gelar, terhempaskan oleh angin. Dan bukan sedikit, melainkan hampir seluruh permukaan sajadah terlipat menyisakan bagian sajadah yang sedang gue injak. 


Apakah gue fokus?


Tentu saja tidak.


Isi kepala mulai memikirkan hal-hal yang enggak penting. Seperti,


“Ini gue benerin sajadah nya gimana deh? Pas rukuk atau ketika sujud?”


“Yang ngambil sandal gue siapa sih elah?”


“Gue pukul aja kali ya yang ngambil sandal gue?”


“Sagitarius tuh emang ngeselin ya?”


Seharusnya kan enggak boleh seperti itu. Yang gue lakukan seharus nya, fokus dengan bacaan salat, mata yang melihat ke tempat sujud, dan enggak memikirkan hal-hal enggak penting.


Padahal hakikat nya seorang hamba harus bisa menggabungkan rasa cinta (mahabah), rasa takut (khauf), serta harapan (raja) kepada Allah SWT. Dan tiga hal ini merupakan dasar dari Tauhid.


Dan apa yang gue lakukan sangat tidak mencerminkan tiga hal ini.


Semoga saja kedepan nya nanti gue selalu bisa menerapkan tiga hal tersebut dan menyelaraskan nya. Tidak tumpang tindih. 


Misal nya hanya merasa takut saja, dan pada akhir nya membuat diri menjadi putus asa atas nikmat yang diberikan oleh Allah. Atau juga, hanya berharap untuk selalu diampuni segala perbuatan nya, padahal Allah syadidul iqab yang berarti keras azab nya.


Semoga kita semua menjadi hamba nya yang berjalan di jalan yang benar ya!


Tapi untuk yang telah mengambil sandal gue, “Lo tuh ga diajak!!!”

5 Comments

Biar gue bisa baca blog kalian juga, tolong tinggalkan jejak ya!

  1. Bener banget, nggak tau kenapa hari jumat tuh selalu panas. Dan kayaknya, hari di mana jarang banget ujan dibanding hari-hari lainnya.

    Wkwkwk koraban curandal, pencurian sendal. Harusnya lu ambil lagi sendal orang abis pulang jumatan supaya benar-benar menguji keimanan

    ReplyDelete
    Replies
    1. dan kalo hujan, ada aja nanti nya dikaitkan sama hal" mistis.

      ga setega itu sih buat ngambil sendal orang, ngerasa berdosa aja. minggu kemarin udah ngambil dua pasang sandal juga sih.

      Delete
  2. wkwkwkwk... Kukira Indo doang yang sering ada kasus Curandal 🤣 *Ini singkatan agak maksa sih Donii.. 😅* Ehhh tapi aku nggak mau dibilang muna juga sih.. Dulu sewaktu SMA aku pernah bawa sendal lain di masjid after Juma'tan karena sendalku hilang.. wkwk.

    ya pikirku daripada nyeker. mending ngambil sendal lain.. wkwkwk *plaaakk...
    Kalau sekarang udah mulai aman sih.. sering Soljumnya di Kantor soalnya. Tapi pernah sih sendal hilang. Cuma kalau sekarang aku lebih milih nyeker ketimbang ngambil sendal orang lain... 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. iih parah banget, ngambil sandal orang
      padahal diri sendiri pernah ngelakuin

      katanya ruang kantor sama masjid nya deket banget ya, tinggal lompat doang ya kan?

      Delete
  3. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Ads

Ads