Kenapa menulis?


Ketika di pondok pesantren dulu, kehidupan gue banyak diisi dengan ketakutan akan berbagai hal. Takut nilai gue jelek dari tahun sebelumnya, dan mengecewakan orangtua. Takut diusir oleh bagian pengasuhan santri. Takut di botak sama bagian keamanan. Takut ketahuan ngomong gue-lu sama bagian bahasa. Pokoknya kehidupan remaja gue di SMP dan SMA dulu kurang lebih seperti itu. Penuh dengan berbagai ketakutan.
Pada akhirnya, ketakutan yang gue sebutkan diatas itu hampir semua gue pernah rasakan. Hanya diusir oleh bagian pengasuhan santri saja yang belum pernah. Sebetulnya gue hampir diusir ketika kelas 3 SMA dulu. Tau karena apa? Kabur ke rumah selama kurang lebih dua minggu. Mantap. Memang benar pada akhirnya gue enggak diusir, tapi setelah kejadian itu gue selalu menjadi langganan staff pengasuhan santri untuk di botak. 

Karena terlalu banyak memikirkan ketakutan itu, gue sampai lupa bahwa sebenarnya masih banyak hal yang gue bisa dilakukan daripada terlalu overthinking dengan hal-hal yang belum terjadi. Gue seharusnya punya hal yang ingin gue raih bukan malah terlalu khawatir dengan masa depan sampai tidak melakukan apa-apa. Sampai pada akhirnya gue menemukan salah satu buku Raditya Dika. Yang hampir seluruh isi buku-bukunya berisikan tentang menertawakan diri sendiri.  Dan dari dia juga, gue mulai tau tentang blog.
Setelah baca beberapa bukunya gue mulai mencoba untuk membuat blog, tapi sayangnya hal itu enggak pernah bisa kesampaian. Karena jaringan internet di lab komputer pondok gue dulu bener-bener gembel. Website sosial media di blokir semua, bikin blog pun enggak bisa juga. Yang mulai gue lakukan adalah dengan menulis diary di binder. Agak menjijikan memang, tapi asik juga. 
Eh tapi, dengan menulis seperti ini segala ketakutan-ketakutan yang gue rasakan mulai bisa teralihkan. Secara enggak langsung menulis bagi gue sebagai salah satu cara menumpahkan segala fikiran yang gue punya supaya enggak stress. Dan tentu saja gue menikmati hal ini.
**
 Awal mulai nge-blog dulu gue seperti orang gila. Hampir setiap hari selalu nulis, dan otak-atik template blog. Dan yang lebih parah, selalu memaksa teman-teman gue untuk buka blog serta membajak akun Facebook mereka untuk menyukai fanspage blog gue. Kalo diinget lagi, kenapa begitu menggelikan ya.
Hal itu gue lakukan ketika pengabdian. Jadi setelah gue lulus dari pondok pesantren, gue tidak bisa seenaknya langsung keluar, kemudian melanjutkan kuliah, lalu putus hubungan dengan pondok. Setelah lulus, pondok pesantren gue mewajibkan para alumni untuk mengabdi. Entah itu sebagai guru, sebagai mahasiswa, ataupun sebagai orang yang diajarkan secara khusus untuk berdagang. Barulah setelah satu tahun mengabdi, kita baru dibolehkan keluar pondok. Dan pengabdian ke pondok itu sebagai salah satu syarat juga untuk bisa mendapatkan ijazah.
Menulis selalu menjadi hal yang menyenangkan untuk gue kerjakan. Walaupun enggak ada komentar yang gue dapat di setiap tulisan di blog, gue enggak terlalu memperdulikannya. Gue rela untuk pergi keluar kampus hampir setiap hari, menggunakan sepeda hanya untuk bisa pergi ke warnet terdekat. Tujuannya ya untuk nulis di blog. Sampai akhirnya gue mulai tau bahwa ternyata banyak komunitas blog yang bertebaran di dunia maya. Dan kebanyakan komunitas-komunitas itu berawal dari Facebook. Dari sekian banyak itu, ada satu komunitas yang sering banget gue datangi. Namanya Blogger Energy. Gue pernah nulis juga tentang ucapan terimakasih untuk komunitas tersebut.
https://www.tumblr.com
Dan dari komunitas itu juga, gue bisa punya kesempatan untuk menerbitkan tulisan gue menjadi buku. Rasanya dulu gue hanya berangan-angan saja, eh ternyata bisa kesampaian. Mungkin di lain kesempatan gue akan cerita tentang bagaimana bisa gue menerbitkan tulisan gue. Tapi kemarin malam gue sempet kaget dan lumayan bangga dengan diri gue sendiri. Gue menemukan ada orang yang me-review buku gue yang berjudul Asam Manis Cinta di Youtube. Padahal bukunya terbit 4 tahun yang lalu. Dan yang bikin gue bangga adalah dia menyebut tulisan gue sebagai salah satu cerita yang disukainya. Goks! Yang lebih anehnya, dia bisa mengambil hikmah dari tulisan gue. Padahal gue sendiri sama sekali enggak ngerasa bahwa tulisan gue ini ada manfaatnya. Wk.
Kalau mau nonton videonya bisa klik ini ya.
Sekarang gue punya alasan lain untuk menulis. Selain sebagai bentuk pelarian, gue ingin agar tulisan gue bisa bermanfaat dan menghibur bagi orang lain. Kalau pun enggak bermanfaat, senggaknya jangan sampai menyesatkan orang lain lah.
 Buruan ikutan juga
Ikutan gih...
Nah, kalo lu sendiri apa alasan untuk menulis?

12 Comments

Biar gue bisa baca blog kalian juga, tolong tinggalkan jejak ya!

  1. Dih pemaksaan
    Disuruh suka fpnya
    Diiih
    Diiih
    Diiih
    Berarti pernah jadi bajak Facebook y
    Udah ke pulau mana j, mas?

    ReplyDelete
  2. Asyik dong udah mengabdi buat pondok. Ada manfaatnya. :) Saya nggak pernah mengabdikan diri buat orang lain. :(

    Saya belum pernah bikin tulisan yang selanjutnya dicetak jadi buku. Tapi nggak nyangka kalau waktu itu pernah ada yang jadiin cerpen saya buat film pendek. Cuma udah lupa apa tautannya. Haha.

    Saya menulis karena butuh. Bisa untuk mengecoh kesepian, menjaga pikiran tetap sehat, bikin hati plong, atau buat cari duit juga kadang-kadang. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wiih mantap gitu, yog

      alesan yang terakhir gue juga mau tuh, belum kesampaian aja. semoga bisa menghasilkan juga. wkwk

      Delete
  3. Keren memang akang fauzi ini. Gue... kenapa ya gue nulis? Muahaha. Bingung nih. (efek kelamaan gak apdet blog) \:p/

    ReplyDelete
  4. Gila, ternyata perjuangan lu nulis di blog berat juga ya, mulai nulis pas mulai pengabdian. Tapi gue baru tau lu bandel juga, keluar pondok sampe 2 minggu. Hahaha. Syukurlah lu malah belajar lagi sampe ke Al-Azhar. Salut.

    Terima Kasih udah ikutan ya Zi, keep Writing! :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. nakalnya syudah mulai dikurang-kurangi kok.
      ehehe

      Delete
  5. mantap banget perjuangannya untuk nulis ini. kalau udah hoby susah sich, apapun juga dilakukan

    ReplyDelete
  6. SO TRUE! Menulis itu ga butuh alasan muluk-muluk, selagi kita bahagia pas nulis. Karena nulis bikin kita jujur, dan mungkin bs bermanfaat buat orang lain:)

    Hai salam kenal, follow backnya dong di http://www.onixoctarina.com/
    Nuhun :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga bisa bermanfaat tulisan-tulisan gue ini
      wkwk

      Delete
Previous Post Next Post

Ads

Ads