Pengendara motor di Mesir

Ketika tiba di Jakarta kemarin, cukup banyak hal yang berubah. Sepengelihatan gue ya. Mulai dari jalanannya yang semakin tinggi, tanah kosong yang telah berganti menjadi apartemen, kemudian ojek online. Tapi ada satu hal yang tetap sama, kemacetan di Jakarta. Bahkan sepertinya tambah macet ya? Atau engga? Ya gue engga tau pastinya juga sih.
Di Mesir, gue sering mendengar berita tentang ojek online. Teman-teman gue yang pernah pulang, juga beberapa kali bercerita tentang hal itu. Tentang kendaraan alternative di kala macet, bisa memudahkan untuk memesan makanan, bisa sebagai bahan upload di instastory.
Gue cukup kangen juga, melihat kendaraan motor yang begitu banyaknya di Jakarta. Terlebih ketika lampu merah, para pengemudinya sudah masang posisi paling depan. Dan ketika lampu lalu lintas telah berganti warna menjadi hijau, mereka seolah menjadi pembalap yang harus mendahului lawan-lawannya. Tapi setelah gue merasakan berkendara dengan motor di Jakarta, sepertinya gue enggak kangen-kangen banget. Biasa aja. Malah gondok sendiri.


http://industri.bisnis.com


Sebenernya gue jarang melihat pengendara motor di Mesir. Karena memang jumlah kendaraan di Mesir lebih banyak mobil daripada motor. Dan biasanya mahasiswa disana menggunakan bis ataupun angkot sebagai alat transportasi. Karena murah. Walaupun mental para supirnya engga bener juga, karena selalu membawa kendaraannya ngebut dan bikin para penumpangannya ingin berkata kasar. Pokoknya kalau naik, pegang tasbih kecil aja deh. Banyakin istighfar sama shalawat. Kalau pun sudah disuruh pelan-pelan sama ibu-ibu, tetep cuek aja dia. Selow banget lah hidupnya. Mungkin pikirannya, ‘Semasa bodo sama perkataan orang. Gue enggak peduli. Yang penting gue engga ketinggalan serial India favorit gue’. Mungkin seperti itu.  
Motor di Mesir tipenya engga jauh-jauh dari Vespa, motor ber-cc besar yang bentuknya mirip mainan di timezone. Tipe lainnya sih ada, tapi gue jarang lihat. Para pengemudinya pun juga engga ada tuh yang menggunakan helm. Kalaupun ada yang menggunakan helm, paling para mahasiswa asing, bukan penduduk Mesir asli. Tapi meskipun begitu, para pengemudi motor disini jiwa kebersamaannya cukup besar. Kalau di Indonesia, orang-orang menggunakan headseat ketika berkendara, itupun dengan kepala yang dimasukkan helm, kalau disana berbeda. Mereka memasang speaker dibagian depan motor, kemudian menyalakan musik keras-keras. Mereka melakukan itu semua dengan kondisi sadar kok. Menurut mereka, hal seperti itu gaul. Tapi menurut gue, lebih baik pengemudi seperti itu disambit pake batu aja. Kalau engga ada batu, boleh pake pasir, botol minuman. Kalaupun lu cukup ikhlas melempar sepatu milik lu ke mukanya, it’s okay. Lempar aja. Pastiin kena mukanya.


http://homershine.blogspot.co.id

Gue sebetulnya engga ada masalah dengan hal itu. Meskipun lagu yang diputar, engga familiar di telinga gue, engga apa-apa kok. Mau lagu dangdut Mesir pun, enggak masalah. Selama dia berkendara dengan baik, dan engga berenti dibawah flat rumah gue. Itu aja kok. Suara musiknya itu kenceng banget men. Beneran. Yang tadinya sudah lepas kaus dan sedang tidur depan kipas angin, untuk menghilangkan hawa panas diluar rumah, bertemu dengan pengemudi laknat seperti itu, rasanya pengen loncat kebawah, kemudian nyundul muka pengemudinya sampai pingsan. Siapa tau, ketika bangun dia lancar bahasa Indonesia, kemudian mengganti musiknya dengan lagu-lagu Kahitna. 
Seandainya saja bisa seperti itu.
Gue bisa nyanyi bareng sama pengemudinya.
Aiih… Jijik sendiri gue, membayangkan hal itu beneran terjadi.



13 Comments

Biar gue bisa baca blog kalian juga, tolong tinggalkan jejak ya!

  1. Ko serem di mesir ji. Gue pikir Jakarta aja yang naik metromini berasa lagi naik wahana di dufan.

    Terus yang bawa motor tujuannya apaan tuh pasang musik kenceng2? Dandutan keliling??

    Tapi ada plus minusnya juga kan sama Indonesia, Ji?

    ReplyDelete
    Replies
    1. makanya harus nyoba lu cup
      hahaha

      ra jelas iku

      Delete
  2. Beeeh speaker di motor bisa jadi gaul, kalo kebetulan banyak macet trus speker motor nempel2 berjejeran dah kaya konser dong jalan raya

    ReplyDelete
    Replies
    1. percuma, kalau lagunya asing bagi telinga kita

      Delete
  3. Ternyata sopir bus begitu juga? Apa jangan-jangan sopir di sana terinspirasi sama sopir-sopir di Jakarta yang suka kebut-kebutan? :D

    Lho, justru bukannya keren ya, nyetel lagu pake speaker ditaruh di depan motor? Daripada dengerin klakson, kan. Hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkin mereka sebenernya masih ada ikatan darah

      klakson nya mah tetep :(

      Delete
  4. Dengan adanya cerita ini, jelas kalau indonesia lebih nyaman walaupun macet bikin kesel.
    wahaha definisi gaul tiap negara beda-beda.

    ReplyDelete
  5. ((pasang speaker di depan))
    Berasa mau kampanye motor ditaruh begituan. :(

    Kenapa harus Kahitna, sih? Lagu FTV banget. Roulette aja dong! Padahal itu FTV juga dan cuma tau yang "Aku Jatuh Cinta" itu~

    ReplyDelete
  6. hahaha separah itu ternyata ya di sana

    ReplyDelete
    Replies
    1. rasanya mau nyiram air kalo ktemu sama pengendara seperti itu

      Delete
  7. keren yak, masang speaker di motor. kalo di Indonesia masang kek gitu bakalan ditilang nga yak sama pak pol. jadi kalau di mesir naik motor trus nga pake helm hal yang biasa aja yah ? ato mungkin helmnya di pake dengkul wtwtwtwt

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Ads

Ads