Day 30 #30DaysWritingChallenge

 Day 30: write about what do you feel when you write

Mahasantri

Akhirnya sampai juga di hari ketiga puluh tantangan nulis ini. Wuhuuu!! Perasaanya tentu senang, tapi biasa aja gitu. Sekarang ini gue sedang memaksakan diri gue untuk menulis setiap paginya, sebelum gue melakukan aktifitas. Karena gue ingin menjadi seorang penulis serta menjadi seorang Blogger yang kaffah sekarang ini harus mulai dibiasakan. Semoga bisa tercapai ya.


Fin


Enggak dong, masa tulisan gue cuman satu paragraf doang anjir.


Karena tantangan menulis kali ini telah selesai, gue akan bercerita tentang hal-hal yang sepertinya menarik, kayaknya sih enggak juga, tapi akan tetap gue akan tuliskan dalam postingan kali ini.


**


Di musim panas sekarang ini, gue menghadapi sedikit cobaan. Bukan karena hawa panas, tapi lebih kepada pakaian gue yang luntur semua. Syit! Enggak hanya satu, tapi beberapa pakaian.


Layaknya kebanyakan orang, kaus yang gue miliki hampir sebagian besar bewarna hitam. Kaus tersebut biasa gue gunakan untuk kegiatan sehari-hari dan sama sekali enggak pernah gue gunakan untuk berolahraga. Karena, yah olahraga angkat beban gue mempunyai pakaian tersendiri.


Mahasantri


Mungkin karena gue anak Pondok Pesantren yang sudah tertata untuk mengenakan pakaian, sehingga sampai sekarang pun terbawa akan hal itu. Sebenarnya fashion laki-laki enggak sesulit seperti perempuan, selama warna pakaian cocok dengan bawahan serta cocok di sebuah acara, ya udah aja gitu. Ngerti enggak sih? Gue enggak.


Enggak jelas, nyet


Karena pakaian gue yang pudar tersebut lah, gue memutuskan untuk membeli pakaian baru. Tentu saja dari thrifting. Hal yang enggak pernah gue lakukan ketika berada di Jakarta, tapi beberapa kali gue lakukan di Yordania serta di Mesir.


Beruntung nya membeli pakaian bekas di sini banyak yang seukuran dengan badan gue. Mulai dari bawahan sampai atasan dan sepatu pun banyak yang occok untuk badan gue. Tapi, kan enggak semuanya gue beli ya. Harus bisa membedakan keinginan serta kebutuhan. 


Tapi, jika Allah memberikan aku 5 milyar, aku siap yaa Allah.


Apasih


**


Beberapa waktu lalu gue memotong rambut dengan gaya buzz cut. Potongan rambut ini bikin gue ketagihan, karena tentu saja lebih simpel buat gue sehingga enggak buang-buang waktu dengan harus menata rambut sebelum keluar rumah.


Dan ketika gue berkunjung ke rumah temen gue, respon mereka setelah melihat gaya potongan rambut gue, “Makin sangar aja, bang”. Gue anggap hal tersebut sebuah pujian. Hehe. Enggak ada yang terluka kok ketika teman gue mengatakan hal tersebut.


**


Kehidupan bersosial dengan manusia di dunia yang sebagian besar tersambung oleh internet serta sosial media ternyata cukup menyeramkan. Beberapa orang dengan mudahnya mengetikan kata-kata hinaan saat menyikapi sebuah berita. Padahal masih belum tahu akan kebenarannya. Seram sekali, bukan?


Mahasantri


Menjadi manusia yang baik rasanya mudah deh, meskipun enggak selalu mendapatkan validasi dari manusia lainnya, tapi ada rasa yang menggembirakan hati saat bisa membantu orang lain. Tapi, yah beberapa orang ada saja yang memilih untuk menjadi jahat. Entah itu mereka sadar akan tersebut ataupun enggak.


Meskipun begitu, gue rasa semua orang harus mencoba menjadi orang baik yah meski enggak semudah itu untuk menjalaninya ya. Bisa dimulai dari menjaga lisan untuk mengatakan hal-hal baik, dan memilih untuk diam jika yang keluar dari mulut hanya umpatan atau kata-kata yang bisa menyakiti orang lain.


3 paragraf sebelumnya sebenarnya untuk bridging mengenai gebetan gue yang terakhir sih. Rasanya masih nyesek banget jika diinget lagi. Terlebih ketika diri lo sudah mempercayai orang tersebut dengan sepenuh hati, ternyata lo cuman dijadiin second option doang. Dan kehidupan lo dipenuhi oleh asumsi-asumsi liar yang belum tentu sebuah kebenaran, karena ditinggal tanpa penjelasan apa-apa, atau biasa yang disebut oleh kebanyakan orang sebagai silent treatment.


Jadinya, hari-hari yang dijalani dipenuhi oleh fikiran “Gue tuh salah apa?” “Apakah gue enggak pantes?” dan berbagai fikiran negatif lainnya. Dia nya sih bisa tetap hepi menjalani hari-hari yang dilalui, karena lagi-lagi ternyata lo hanya dijadiin pilihan kedua. Alias, ada atau enggaknya diri lo, ya enggak berpengaruh akan kehidupannya gitu. Sedih banget jingan.


Tetap lifes going on. Mungkin akan butuh waktu akan trauma seperti ini. Tapi, yah yaudah aja gitu. Mau gimana lagi. Di awal sih gue gemetaran banget yah ketika hanya melihat fotonya yang muncul di sosial media. Tapi, sekarang sudah agak mendingan sih.


Wah, panjang banget anjir tulisan kali ini. Full curhatan. Cukup sampai di sini aja tulisannya ya. Sampai ketemu ditulisan selanjutnya!!


Ciao!!

Post a Comment

Biar gue bisa baca blog kalian juga, tolong tinggalkan jejak ya!

Previous Post Next Post

Ads

Ads