Perjalanan menuju rambut yang gondrong

Kegiatan mendatangi tukang potong rambut, bagi gue selalu menegangkan. Karena gue masih mencari-cari dimana tempat yang terbaik untuk memotong rambut yang gue miliki ini. Terkadang di tukang rambut akang Garut. Terkadang di tepat cukur rambut, yang kalau dilihat dari luar seperti meyakinkan. Dan terkadang dipotong oleh teman sendiri.

https://giphy.com/

Saat gue masih SD, bokap akan selalu mengajak anaknya ini untuk pergi ke tukang rambut langganannya. Setiap sebulan sekali, pasti ada bisikan, ‘Ayo, Zi’ lalu motor yang dikendarai akan berbelok menuju tukang rambut langganan. Lalu menabrak tukang parkirnya.

Enggak. Enggak gitu ceritanya, ya bgst!

Tempat tukang rambut langganan gue ini terbilang, enggak ramai dikunjungi oleh orang-orang. Di di dalamnya terdapat dua kursi khas tukang cukur yang terbuat dari besi. Dan tentu saja saat duduk di atasnya, kursi tersebut tidak bisa diputar seenaknya. Beda dengan kursi yang ada di tempat tukang cukur rambut saat ini. Ayo kalo saya bilang muter, muter yaaa...

Oji, FOKUS!

Saat gue mendatangi tempat tersebut, ruangannya terlihat gelap karena memang jadwal gue serta bokap mencukur rambut selalu di sore hari. Yang mungkin saja, menurut si akang pencukur rambut ini, kalau menyalakan lampu, masih lumayan terang dan membuat tagihan listrik bertambah. Kalau enggak dinyalakan, ya remang-remang. Tapi memang karena skill motong rambutnya sudah jago, si akang sudah biasa memotong rambut dalam keadaan gelap.

Apakah biasanya si akang ini bisa memotong rambut dengan mata tertutup gitu kali ya?

Si akang yang sampai sekarang gue enggak tau namanya ini, memiliki badan yang cukup gemuk tapi ramah sekali. Setiap gue datang, dia akan tersenyum sambil menaruh gunting serta pisau cukur di tempat yang enggak bisa gue jangkau.

Seinget gue sih, gue enggak pernah menusuk orang dengan pisau cukur ya. Tapi kenapa tingkah si akang seperti itu ya?

Lalu setelahnya akan muncul pertanyaan yang biasanya dilakukan oleh tukang cukur lainnya,

‘Mau dipotong kayak gimana?’

Dan selalu dijawab dengan,

‘Ya kayak biasa nya aja, kang’ atau ‘Dipendekin dikit aja’

Pernah kefikiran buat menjawab ‘Ah engga usah, Kang. Saya mau duduk disini aja nih sambil ngaca’

Tapi takut digampar.

**

Berbeda dengan pengalaman yang gue rasakan saat mencukur rambut di Mesir.

Beberapa kali gue mencoba mencari tukang potong rambut yang cocok di Mesir. Karena hasilnya masih belum ada yang cocok untuk rambut serta wajah gue. Ada satu hal yang membedakan mencukur rambut di akang-akan potong rambut di Mesir. Kalau mau baca selangkapnya bisa klik di sini.

Baca juga: Krim wajah pria Mesir

Di saat gue masih anak baru, gue akan selalu mengunjungi tukang potong rambut Indonesia yang berada di daerah Mutsalas. Dan tentu saja tempat tersebut akan banyak dikunjungi oleh orang-orang Indonesia lainnya. Bukan hanya orang Indonesia saja. Orang-orang Malaysia dan negara Asia lainnya pun sepertinya juga mencukur rambut di sana. Bahkan beberapa orang Mesir pun juga ada yang memotong rambut di sana.

Yang selalu gue kangenin dengan memotong rambut di akang Garut dahulu adalah mereka tidak memasang Gel rambut sembarangan. Maksudnya, setelah proses pemotongan rambut selesai, kita membayar, lalu pulang dengan perasaan bahagia. Tentu saja, setelah menabrak tukang parkir nya ya.

Enggak lucu, asu.

Setelah gue selesai memotong rambut, tanpa komando dari gue, si akang pencukur rambut di Mesir dengan inisiatifnya yang luar biasa akan menyemprot rambut gue dengan entah cairan apa untuk rambut gue. Cesssss.... Uhm, suaranya engga persis seperti itu sih ya. Tapi lu tau lah ya maksudnya.

Lalu bagian paling menyiksa adalah saat cairan nya mengenai rambut serta kulit, gue akan selalu merasakan rasa perih di kulit yang terkena cairan tersebut. Rasanya seperti dicubit sama nyokap karena menaruh handuk di atas kasur.

Tapi, si akang nya mah enjoy aja gitu. Kayak enggak ada yang salah dengan hal tersebut.

Ini, kalau manggil orang Mesir dengan sebutan akang, agak kurang cocok ya. Orang Garut, bukan. Pernah makan seblak juga rasanya belum pernah. Jadi panggil Ammu aja deh ya.

Setelah selesai adegan penyiraman cairan tersebut, gue mendekatkan kepala gue dengan kaca, dan melihat warna merah berbentuk bulat yang cukup besar di bagian leher.  Tangan gue meraih tas yang gue taruh di sofa belakang, lalu menyodorkan tiga lembar uang ke mata si Ammu tukang cukur.

‘Edeee deee deee’ kata Ammu tukang cukur.

KENAPA ADA ADEGAN SRIMULAT NYA, SAT!

Selain pertanyaan ‘Mau dicukur seperti apa?’ ada satu hal lagi persamaan antara tukang cukur di Indonesia serta di Mesir. Selalu ada mangkok kecil di dekat kaca,yang didalamnya ada sabun serta sedikit air yang sudah mulai dipenuhi dengan ornamen yang tercipta dari rambut-rambut pelanggan toko potong rambut tersebut.

Ini tuh, hal biasa yang ada di semua tukang rambut. Atau hanya berlaku di tempat potong rambut pria saja? Di salon yang biasa para wanita motong rambut, ada benda itu juga enggak?

**

Saat ini sudah masuk bulan ketujuh gue enggak memotong rambut. Karena tentu saja, gue enggak mau lagi ada pengalaman aneh-aneh, mulai dari disemprot cairan yang membuat kulit perih, dan pemaiakan gel rambut yang susah banget untuk dihilangkan.

Alasan gue aja sih. Kalau mau motong rambut, ya potong aja sebenarnya.

Berhubung sekarang, gue enggak bersama adek gue lagi. Rasanya kesempatan untuk memanjangkan rambut bisa terlaksana. Karena saat ada adek gue, di Mesir kemarin, akan selalu ada ucapan seperti,

‘Iiih... Potong rambut, mas’

‘Kumis nya udah offside. Potong, mas’

‘Iiihh... Aneh kalo gondrong’

‘Kaka ipar aku mana, mas?’

Dan sekarang lah saat yang pas untuk memanjangkan rambut!

Tapi sejujurnya, gue kangen juga memotong rambut dengan teman gue saat di Mesir. Setelah adegan dengan beberapa Ammu tukang cukur yang aneh, gue selalu datang ke teman gue ini. Kangen dengan obrolan unfaedah, mengomentari kegiatan di Mesir, serta kelakuan anak-anak baru yang pecicilan dan belum tau aja rasanya diserempet mobil oleh pengendara yang ugal-ugalan, belum tau rasanya kena copet saat menaiki angkutan umum.

**

Saat ini rambut gue belum panjang-panjang banget. Kalau bagian rambut depan ditarik, baru mengenai bibir atas, dan rambut bagian samping belum menutupi kuping sepenuhnya. Mungkin butuh beberapa waktu lagi untuk bisa mencapai ke bagian yang gue inginkan. Sampai pundak.

Tapi setelah menggunakan aplikasi bernama Face Apps, rasanya gue bisa melihat jika rambut gue panjang. Dan rasanya, enggak jelek-jelek banget. Menurut gue. Tapi, tetap saja menurut orang lain akan serem. Aku tidak peduli juga.

01

02

03


Beberapa hal yang gue lakukan untuk bisa memanjangkan rambut, setelah menonton berbagai video di Youtube adalah dengan tidak keramas setiap harinya. Dan tentu saja, gue seneng mendengar hal ini. karena dengan itu, gue bisa berhemat untuk tidak membeli shampoo. Wohooo!!

Nah, kalau kalian sendiri para pria-pria, pernah memanjangkan rambut? Coba bagi tips nya juga dong ya.

Dan untuk para wanita-wanita, yang membaca tulisan ini, menurut kalian salah kah kita menabrak tukang parkir?

6 Comments

Biar gue bisa baca blog kalian juga, tolong tinggalkan jejak ya!

  1. AKu udah 1 1/2 tahun nih gak cukur rambut karna emang terobsesi itu sama rambut panjang.
    Dari kecil pengen manjangin rambut selalu gagal karna ikut peraturan sekolah dan kantor.
    Tapi sekarang tak ada yang menghentikanku, palingan juga nyinyiran tetangga, keluarga atau temen-temen aja.
    Aneh lah orang2 terdekat kok malah suka nyinyir, sedih :((

    ReplyDelete
  2. Gue kalau manjangin rambut jatuhnya jadi mirip adek gue yang cewek anjir. Kayak difotokopi doang mukanya.

    Btw, pernyataan lu, "memiliki badan yang cukup gemuk tapi ramah sekali" buat gue seolah-olah menyiratkan kalau orang gemuk itu tidak ramah, sehingga lu harus menjelaskan seperti itu. Padahal bisa diganti dengan "badannya gemuk dan ramah". Lebih oke.

    ReplyDelete
  3. Lama g main ke sini!!!!
    Kalau rambut gondrong mu mah sudah terlihat wara wiri di instagram. Aku ngerasanya malah makin kayak orang Mesir tau rambutmu digondrongin!

    Kalau cowok gondrong tuh gimana perawatan rambutnya?
    Aku g bisa punya rambut panjang. Karena wujud rambutku g kayak rambutnya isyana ya..
    Terus gampang ketombean kalau samponya g cocok plus semakin panjang semakin rontok dan bikin pusing kepala, kek ada bebannya gitu. Beban idup kali yaa

    ReplyDelete
  4. hahah such interesting moment , especially in the other country right . Btw ignore others u look good with that hair .

    ReplyDelete
  5. Nggak, kalau di salon cewek nggak ada mangkoknya. Takutnya malah disangka air kobokan nanti 😂

    Dan, salah, nabrak tukang parkir itu salah. Cepat minta maaf!

    Btw, rambut panjangnya cocok kok. Jadi semakin mirip dengan warga sana deh penampakannya 🤭

    ReplyDelete
  6. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Ads

Ads