Alasan Mengapa Bangunan di Timur Tengah Berbentuk Persegi

 Hampir satu dekade gue hidup di Timur Tengah. Sepanjang mata memandang, hanya bangunan persegi yang rapat antara satu bangunan dengan yang lainnya. Dan mobil-mobil mewah yang diparkirkan di depan bangunan dengan debu tebal yang menutupi body mobil serta penyokan di sudut depan serta belakang. 

Dalam konteks arsitektur Timur Tengah, penting untuk memahami mengapa banyak bangunan di kawasan ini berbentuk persegi. Tapi sejauh ini enggak ada yang sampai belasan juga sih. Bangunan yang sempat gue tinggali pun juga paling tinggi hanya lima lantai.


Alasan Mengapa Bangunan di Timur Tengah Berbentuk Persegi


Tapi kalian pernah penasaran enggak sih, mengapa bangunan rumah yang berada di Timur Tengah, seperti Yordania maupun Mesir berbentuk Persegi?


Bangunan di Timur Tengah sering berbentuk persegi karena ini mengakomodasi iklim panas dan kering dengan lebih baik, mengurangi paparan langsung terhadap sinar matahari dan menjaga suhu interior lebih sejuk. Tradisi arsitektur, kepraktisan, dan pertimbangan agama juga memainkan peran dalam pemilihan bentuk persegi. Meskipun demikian, variasi desain arsitektur di kawasan tersebut cukup beragam, mencakup bentuk-bentuk lengkung seperti kubah dan elemen-elemen artistik yang rumit pada bangunan-bangunan tertentu.

**


Beberapa waktu lalu gue baru saja selesai pindahan rumah. Jika dibandingkan dengan kehidupan gue di Mesir, total gue pindahan rumah di Yordania lebih banyak ketimbang di Mesir.Dan ada hal yang menarik di rumah gue kali ini.


Biasanya para pelajar Indonesia akan menempati sebuah rumah bersama mahasiswa Indonesia lainnya. Begitu juga orang Malaysia ataupun pelajar lain. Ini kita sedang membicarakan rumah loh ya, bukan asrama yang dicampur antara pelajar Indonesia dengan pelajar asing lainnya.


Di rumah gue kali ini terdapat tiga kamar. Di isi oleh dua orang Indonesia, salah satunya adalah gue, dan satu kamar lagi di isi oleh orang Arab, Yordania. Alias warlok. Alias penduduk asli sini. 



Alasan Mengapa Bangunan di Timur Tengah Berbentuk Persegi


Di awal kepindahan rasanya berat bagi gue, karena si Hasyim, si warlok ini, suka ngobrol. Dan ya terkadang gue sering diajak olehnya untuk berbicara. Hasyim merupakan calon pelajar di kampus gue, dan waktu luangnya di isi dengan bekerja di salah satu toko di daerah sini. Sebenarnya Hasyim berasal dari luar kota, yaitu kota Mafraq. Sebagai gambarannya, mungkin seperti orang Bandung yang tinggal di Jakarta.


Beberapa kali berpapasan dengannya di dapur, dia suka mengajak gue berbicara.


“Kapan kamu ke kampus, Zi?”

“Saya kerja dekat Kerfur, kabarin saya saja jika kamu sedang berada di sekitar sana ya”

“Air rumah kapan menyala lagi, Zi?

“Wajah kamu kok seperti genderuwo, Zi?”


Terkadang gue menjawab pertanyaannya, dan terkadang gue tendang lehernya. Yah, tergantung kondisinya aja lah ya. 


Baca juga: Krim Wajah Pria Mesir


**


Suatu waktu kunci rumah milik gue hilang, sehingga gue menggunakan kunci cadangan yang terletak di dapur.


Malam itu gue merasa lapar, sehingga memutuskan untuk keluar rumah mencari makanan. Jaraknya enggak lumayan jauh, dan kondisi di Yordania pun terhitung aman saat malam hari. Karena enggak pernah ada berita mengenai warga yang membegal warga asing di jalanan. Toh, kalau pun terjadi sesuatu yang mengharuskan gue untuk kontak fisik dengan orang lain, gue lumayan percaya diri dengan postur badan gue yang bongsor ini.


Gemuk.


Iya, Ibu negara mengatakan gue gemuk di saat melakukan Video call beberapa waktu lalu. Dan menyuruh gue untuk menguruskan badan, karena pipi gue yang sudah terlihat seperti perut.


Yaa enggak gitu juga dong anjing


Apaan sih marah-marah sendiri enggak jelas


Untuk artikel mengenai Diet serta Program latihan yang biasa gue lakukan, bisa di cek di Mahasantri ya!



Alasan Mengapa Bangunan di Timur Tengah Berbentuk Persegi



Oke, lanjut ke cerita sebelumnya.


Sesampainya gue di depan pintu, gue mengeluarkan kunci dari kantong celana. Kok sulit buat dimasukin kuncinya. KOK ENGGAK BISA DIPUTER KUNCINYA ANJENG.


Sabar.


Gue mencoba untuk mengatur nafas. Camilan yang berada di plastik gue buka, sambil gue makan perlahan.


Oke, gue coba lagi biar pintunya bisa kebuka.


Bismillah.


KOK TETEP ENGGAK BISA SAT!


Mulai gondok. Kunci cadangan yang gue gunakan sulit untuk diputar, padahal ketika gue pergi, aman-aman aja kok. Kuncinya bisa, meskipun agak seret ya. Mau dipaksa takut kuncinya patah. Ketukan pintu yang berkali-kali gue lakukan juga enggak ada respon dari orang yang berada di dalam.


Setelah berusaha sekitar 15 menitan, akhirnya pintu berhasil dibuka. Selanjutnya pintu tersebut enggak gue kunci, melainkan gue slot dari dalam.


**


Gue bangun kesingan di hari tersebut. Setelah ritual bengong gue lakukan, gue beranjak dari kasur menuju dapur untuk membuat segelas kopi.


Gue menyapa Hasyim yang baru saja keluar dari kamar mandi. Setelah sapaan gue ucapkan, dia mulai bertanya ke gue.


“Semalem pintu rumah kamu slot dari dalam ya, Zi?”

“Iya, soalnya kuncinya enggak bisa. Kenapa memangnya?”

“Semalem saya enggak bisa membuka pintu. Saya sampai rumah dari tempat kerja jam 3 pagi. Dan baru bisa masuk ketika jam 5 subuh”


Sumpah yaa gue langsung merasa enggak enak banget sama si Hasyim. Gue kan hitungannya anak baru yang tinggal di tempat ini, terus kok ngeselin. Ini kalau kejadian seperti ini menimpa diri gue, gue bakal tebalikin tuh kulkas yang ada di dapur.


“Duh, maaf banget. Gue enggak tau kalau kamu belum pulang, Syim. Maaf banget ya”

“Iya sudah, lain kali pintunya jangan kamu slot dari dalam ya, Zi”

“Iya. Maaf banget ya, Hasyim”

“Wajah kamu kok seperti genderuwo, Zi?”

Post a Comment

Biar gue bisa baca blog kalian juga, tolong tinggalkan jejak ya!

Previous Post Next Post

Ads

Ads