Day 3: A memory
Tema kali ini seperti nya gue lumayan kesusahan untuk bisa bercerita.
Terlalu banyak hal di kepala yang ingin gue ceritakan.
Mungkin cerita kali ini tentang pertama kali gue masuk Pesantren.
**
Koper yang akan gue bawa ke Pesantren sudah berada di ruang tamu. Bapak telah mengenakan pakaian rapi dan terlihat begitu sibuk. Pergi ke kamar, memeriksa barang bawaan, dan mungkin ini sudah ke 3 kali nya Bapak masuk ke kamar mandi.
Sedangkan Ibu negara masih berada di kamar dengan mata nya yang merah. Seperti nya sedang menahan tangis karena anak laki satu-satu nya akan pergi ke Pesantren yang berada di luar kota.
Taksi sudah berada di depan rumah.
Ibu negara hanya memeluk gue dan duduk kembali di ruang tamu. Beliau enggak mengantarkan gue sampai pagar rumah.
Sepanjang taksi membawa gue serta Bapak ke stasiun Gambir, gue hanya menatap ke luar kaca.
6 bulan setelah nya.
Ibu negara datang ke Masjid Istiqlal untuk menjemput diri gue. Selama gue berada di pesantren, beliau enggak pernah mengunjungi gue di sana. Tentu saja karena hal ini terjadi karena Ibu negara sibuk dengan kerjaan nya serta mengurus adik gue di rumah. Sehingga yang selalu mengunjungi gue di pesantren hanyalah bapak.
Mungkin ada beberapa menit, ibu negara enggak berhasil menemukan diri gue diantara kerumunan anak-anak yang lain. Karena kami pulang dengan style yang sama semua. Rambut cepak, mengenakan kemeja putih serta celana panjang.
Ketika Ibu negara melihat diri gue, ada rasa kaget serta bahagia dari raut wajah nya.
Kaget karena diri gue terlihat sangat kurus, jauh berbeda ketika gue berangkat pertama kali ke pesantren.
Bahagia karena akhir nya bertemu dengan anak nya.
Lalu singkat cerita, hidup gue dihabiskan dengan merantau.
***
Kalau kamu disuruh bercerita tentang sebuah kenangan, kira-kira akan cerita apa?
Pasti bingung juga kan?
LAAHH
