Reuni pondok

Minggu kemarin akhirnya gue bisa main jauh. Ke luar kota. Mungkin nanti tulisannya akan gue pecah-pecah menjadi beberapa tulisan. Supaya makin banyak aja postingan di tahun ini. Percuma tiap tahunnya bayar domain, tapi jumlah postingan engga sebanyak sebelum-sebelumnya.
Kurang lebih hampir empat tahun gue engga berkunjung ke Ponorogo. Kota yang punya banyak sejarah dalam hidup gue. Karena setelah lulus dari sekolah dasar, bokap langsung melemparkan gue ke kota Reog ini. Gue jadi inget masa-masa dimana gue harus mengantri berpuluh-puluh orang untuk sekedar mendapatkan jatah makanan, masa dimana setiap jam lima sore di isi dengan diri gue yang sedang terburu-buru lari ke masjid tanpa menggunakan alas kaki, karena sandal gue raib tepat lima menit sebelum gue berangkat ke masjid.
Duh… ngomongin masa-masa gue di pondok pesantren itu seperti engga akan ada habisnya. Ada aja aib yang pernah gue lakukan ketika masih jadi santri.
Baru kali ini, gue mengunjungi  pondok bukan dengan status sebagai santri, melainkan sebagai alumni. Sebagai MahaSantri. Ketika melihat kegitan yang dilakukan oleh santri-santri, sering kali akan gue bandingkan disaat gue masih menjadi santri. Betapa enaknya mereka, dan betapa sengsaranya gue dulu saat menjadi santri. Betapa banyaknya gedung-gedung baru di zaman mereka. Dan betapa sedihnya ketika dulu saat gue mandi bukan menggunakan gayung, tapi malah menggunakan piring. Itu pun juga dengan sabun yang sudah di oper-oper ke orang lain.






Alasan gue ke pondok kemarin, karena saat itu akan berlangsung pertunjukan yang dilakukan oleh para siswa akhir. Setara dengan anak kelas tiga SMA.  Dan juga, banyak dari angkatan gue dulu yang berkunjung ke pondok, sekalian bikin reuni kecil-kecilan.
***
Sesak. Meriah. Pedagang. Kawan lama. Sempurna.
Kata-kata itu mungkin yang paling cocok menggambarkan malam pertunjukkan. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, ketika pertunjukkan seperti ini, masyarakat Ponorogo banyak yang mendatangi pondok, untuk sekedar melihat pertunjukkan walau hanya sebentar. Lapangan basket, telah berubah fungsinya menjadi tempat parkir yang padat dengan motor-motor. Anak kecil, orang yang sedang berpacaran, orangtua wali santri, semuanya menjadi satu. Semuanya menikmati pertunjukkan. Sedangkan gue malah sibuk sendiri mencari tempat duduk, karena saking banyaknya orang yang hadir di malam itu.
Beberapa pertunjukkan yang ditampilkan mengingatkan gue saat menjadi santri. Terlebih ketika tarian Malulo dengan lagunya yang berjudul Sajojo. Gue engga yakin dengan judulnya, tapi yang gue dengar yaa kata itu. Saat itu gue engga merasakan demam panggung sama sekali, dengan santainya joget kekanan dan kekiri. Karena untuk apa juga demam panggung? Toh di panggung itu bukan hanya gue seorang diri, dan lagipula pandangan mata gue yang hanya bisa melihat kabut bukan para penonton. Gue seperti joget di langit. Joget diantara awan-awan. Joget diatas burung elang.
Oke sip.
Engga nyambung, nyet!
Acara pentas seni itu ditutup dengan pertunjukkan band. Ketika si vokalis asik nyanyi, para teman-temannya yang lain menaiki panggung. Rame, gaduh, dan untung saja panggungnya tidak rusak. Meriah banget, gue pun sebagai penonton sempat menitikan air mata. Entah berapa banyak orang yang telah menginjak kaki gue. Orang-orang sudah beriringan pulang, dan tidak memperdulikan penilaian dari juri serta dari bapak pengasuh pondok.
Gue engga inget nilai setiap acara, tapi secara keseluruhan, acara pentas seni ini diberikan nilai 9.42 oleh para juri. Tapi penilaian bapak pengasuh berbeda. Acara ini diberikan nilai 10.5. Gokil. Pak Hasan sebagai pengasuh pondok juga sempat bernyanyi bersama siswa akhir sebelum memberikan penilaian.





***
Setelah acara selesai, gue menjumpai banyak teman-teman angkatan gue yang terdahulu. Nama angkatannya Pioneer. Bentuk badan mereka mungkin berubah, tapi tidak dengan sifat hangat yang mereka miliki. Kenangan-kenangan yang terdahulu pun muncul lagi. Betapa pemurahnya meraka menawarkan tempat tinggal, ketika gue singgah di daerah mereka. Betapa baiknya teman gue yang meminjami gue motor untuk nge-date sama cewe. Duh, entah kenapa gue kangen mereka. Karena menerima diri gue dengan apa adanya, tanpa berbicara dengan nada yang menyakitkan.
Sekarang ini dengan bertambah umur diri gue, malah semakin bersikap apatis. Selalu berfikiran bahwa, urusan gue ya urusan gue, urusan elu ya urusan elu. Padahal sejatinya gue hanyalah manusia yang butuh bantuan orang lain. Mungkin gue telah banyak bertemu orang-orang yang telah mengubah diri gue sehingga menjadi apatis dan tidak terbuka seperti ini. Tapi setelah malam itu, gue sadar bahwa nilai-nilai pondok yang telah diajarkan selama di pondok, sekarang pun harus masih dilakukan. Ya salah satunya bersikap baik dan saling tolong-menolong orang lain.
Syukron katsiran, zamanan pernah taalum disini. Syukron katsiran Gontor.

27 Comments

Biar gue bisa baca blog kalian juga, tolong tinggalkan jejak ya!

  1. Oalaha ternyata alumni Gontor toh, Mantap sekali !

    Duh Asik amat reunian sambil nonton pentas seni,
    Aku punya beberapa temen anak gontor, mereka sering share foto pas acara Panggung Gembira.
    Kata mereka acara itu emang paling meriah di Gontor.
    Persiapanya juga lama.
    Jadi sangat beruntung kalo bisa nonton Panggung Gembira karna penampilanya oke punya.

    Ternyata ga selamanya reunian itu hanya untuk hura-hura belaka, tapi juga bisa memberi pelajaran yang sangat berharga :v

    ReplyDelete
    Replies
    1. :)

      Sbenernya butuh perjuangan juga sih, supaya bisa dpet spot nonton yg enak dan ga cape. Hehehe
      Betuuull... Pasti ada aja hal baru yg d dpet stelah ktmu tmen" lama

      Delete
  2. Gue yang lahir di Ponorogo justru nggak pernah main ke Gontor sana. Cuma hampir pernah ngelewatin ketika main ke rumah saudara jauh gitu. Jauh banget ternyata dari tempat tinggal (rumah kakek-nenek). Sempet disuruh masuk pesantren sana, tapi tetep nggak mau. :|

    Itu bisa ya, nilai lebih dari 10 lebih gitu? :D

    Alhamdulillah, reuni itu nggak cuma jadi ajang kangen-kangenan bareng temen, tapi juga jadi sebuah perenungan. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gue kirain ponorogo dri satu k tmpat yg lain deetan, trnyat jauh banget yak?

      Selamaa bpak pengasuh pondoknya hepi dgan pertunjukannya mah, sah" aja. Hahah

      Alhamdulillah :)

      Delete
  3. Baca ini jadi berasa denger Darma cerita. Beda tipis cerita kalian. Tentang mondok juga. Huahahahaha.

    CIYEEEEEEE PERNAH DIBANTUIN NGEDATE SAMA CEWEEEEEEEEK. UHUUUUUY. Itu kenapa nama angkatannya Pioneer? Ada alasan tertentunya, Zi? Btw itu pesan moral di paragraf terakhirnya bagus! Manusia pada dasarnya butuh orang lain. Nggak bisa sendirian dan harus nggak membiarkan manusia lainnya sendirian. :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gue malah bru tau, klo Darma anak pondok.

      Ada alasannya tuh. Tapi gue ga tau juga sih. Lupa. Ehe
      :)

      Delete
  4. Kalo soal pentas seni pasti ada aja cerita yang bikin kangen deh, apalagi kalo udah reuni sama temen-temen lama. Saya pun juga sadar kalo semakin tua malah semakin apatis, alasannya mungkin sama, udah banyak ketemu orang-orang yang secara gak langsung mengubah diri saya jadi apatis.. Tapi untungnya sekarang ketemu orang-orang baru yang solid, jadinya ikutan kebawa & mulai berkurang sifat apatisnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga selalu dikelilingi sama org" yg bersikap positif yak

      Delete
  5. Tahun lalu gua juga berkunjung ke mantan kampus gua di China, liat adik-adik kelas gua, dengan bakat dan cara yang berbeda, masih berusaha mengibarkan Merah Putih di negeri orang. Kadang setelah masuk dunia kerja, tanpa sadar kita jadi pahit karena ditempa kerasnya masyarakat.

    ReplyDelete
  6. Baca cerita pondok, gue jadi inget betapa susahnya ngapelin cewe pesantren.. wqwq

    btw, itu kayak lagi konser Coldplay :D

    ReplyDelete
  7. Keren nih, aku juga punya teman alumni Gontor, teman satu kelas. Pernah sampe kuliah juga di Gontor sembari ngajar, tapi gak sampe selesai, alhasil lanjut kuliah di Jogja, ketemulah denganku..he

    Beberapa yang diceritakan juga sama seperti cerita di blog ini, termasuk pentas seni, temenku yang alumni Gontor juga suka tampil gitu..Meskipun teman, tapi aku ngerasa bangga punya teman alumni dari Gontor, termasuk mas Ahmad Fauzi ini, meskipun tak jumpa, tapi bisa saling sapa lewat tulisan :)

    Alhamdulilah sekalian bisa reuni, menyaksikan pentas seni dan bisa menceritakannya kembali kepada teman-teman blog :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, gue juga seneng nih bisa saling main k blog lu, mas

      Delete
  8. Semacam reuni yah. Men
    Membandingkan tempat yg kita tinggali emang bikin sakit hati. Utamanya soal fasilitas eh, itu fotonya keren juga~

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyoot. walaupun ga dateng smua. tapi masih ada yg gue kenal lah.

      thanks men!

      Delete
  9. ooh ini penampakan panggung gembira kayak yg di buku negeri 5 menara. lebih megah dari bayanganku

    ReplyDelete
  10. HAI ZI!!

    Wah, temu kangen dengan pesantren nih ceritanya. Khan sekarang udah jadi maha-santri yang super keren. Hehehe..dan emang tempat lama selalu berhasil menumbuhkan kenangan kenangan lama yang super manis.

    Tapi Zi, jangan biarkan orang lain dan lingkungan mengubahmu menjadi tidak baik dari kamu yang dulu. Change the surrounding, not the other way around. Sekarang saatnya untuk berubah dan tinggalkan sikap apatis :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. halo, miss mey!

      iya nih, mey. gue juga bakalan ngerubah mindset lagi, dan engga mau kebawa sifat jelek orang lain. klo sifat baik, ya fine'' aja

      Delete
  11. Ohh, ternyata lo lulusan dari Gontor, ya. Gak tahu kenapa dulu gue juga mau masuk sana tapi setelah lulus dari SMP. Akan tetapi, gak jadi karena gue juga masih belum siap mental buat kesana. Keren-keren.

    Waktu cepet banget berlalu, ya. Dulu masih jadi santri, sekarang udah jadi alumni. Dan pastinya satu hal yang terjadi ketika udah jadi alumni adalah sekolah jadi lebih bagus. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahahaha. ini aja gue dipaksa masuk sini, ham

      betul bngt!

      Delete
  12. Oalah, ternyata alumni Gontor.


    Duuu rasanya balik lagi ke tempat dulu kita menghabiskan banyak waktu di usia muda itu rasanyaaaa ... seru sekaligus terharu nggak sih? Ketemu banyak teman lama, ngobrol dengan hangat. Serunya.

    Welcome back to Indonesia ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. seru banget. bisa bertukar pengalaman dan sebenernya tnpa sngaja, gue jdi lebih smngat lagi setelah bertemu mereka'' itu.

      yeay!

      Delete
  13. Agak terkejut-kejut juga karena santri mmg manusia adanya. Ada kegembiraan setelah ngaji mudeng sampe mateng, ada nge date setelah santri dipisah laki dan perempuan dgn ketatnya. Eh gitu ga ya? Itu sih pemahaman saya akibat baca buku 5 menara :D.
    Ngomong-ngomong beli baygon zi... Ini serangga kolar kilir galau di template mu lah. Mau saya "keplak" tadinya, tapi takut ponselnya malah kebanting. :D

    Kawan-kawan yg baik dan mendekatkan kita pada kebaikan adalah salah satu rejeki besar yg tak dpt ditukar dgn uang. Sepertinya bgitulah teman-temanmu itu ya. Hepi lah pokoknya baca tulisan ini :)

    ReplyDelete
  14. Untung setelah main ke pondok nggak baper ya wkwkwkkw
    Kalau aku mungkin benar2 larut sama suasana reuni. Mungkin lho

    Btw bersikap apatis emang gak baik sih, smg aja km berubah jd lebih baik ya amin

    ReplyDelete
  15. Pertama saya pikir kamu menangis karena terharu kenapa, eh keinjek kakinya..
    Seru bisa reuni begitu..
    Saranku, jangan pernah berubah.. Tetap jadi diri kamu sendiri..

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Ads

Ads