*bersih-bersihsaranglaba-laba*
Uhuk
Lumayan lama nggak update
tulisan baru.
.
.
.
Hmm…
Minggu-minggu ini sedang asyik
belajar bareng, sedang mengejar target untuk menghabisi buku-buku yang akan di
ujikan nantinya. Pelajarannya nggak jauh-jauh dari pelajaran Fiqh. Iya, disini
gue salah satu maha(santri)siswa fakultas Syariah wal Qonun, dengan jurusan
Syariah Islamiyah. Baru denger? Sekarang gue kasih tau.
Kalau kalian ingin bertanya,
“Jurusan lu itu, nantinya kerja
di bidang apaan, Ji?”
Jawabannya adalah,
“Gue juga nggak tau, nyet.
Nggak usah nanya-nanya juga”
Becanda deng.
Pertanyaan kalian itu, pernah
gue tanyakan kepada si Bapake juga kok. Dan jawabannya,
“Kamu tuh belajar aja yang
benar, ilmunya dibanyakin, biar pintar. Urusan kerjaan, jodoh, mati, itu udah ada
yang ngatur kok, mas”
Bijak banget ya.
Kalau nggak salah, ketika itu beliau
menjawab pertanyaan gue sambil makan pete deh.
Atau rawon ya?
Atau martabak?
Ini kenapa ngebahas makanan
sih, nyet!!
Tapi bukan berarti, gue nggak
punya rencana untuk masa depan gue nanti. Gue punya seabrek-abrek mimpi kok,
yang memang sebagian telah terealisasikan dan masih banyak yang belum
terlaksanakan juga sih, tapi doakan semoga semuanya tercapai ya!! Amin.
Terlepas dari buku-buku
pelajaran serta buku turats, yang membahas tentang rukun islam serta
pelajaran Tauhid. Kemarin gue sempat duduk-duduk bareng di salah satu kedai
kopi, yang katanya sih umur tokonya sudah berpuluh-puluh tahun lamanya. Namanya
El-Fishawy.
Dua cangkir kopi hitam, serta satu kopi susu telah diletakkan si ammu berpakaian kotak-kotak itu diatas meja kecil kami. Kali ini, tidak ada yang memesan Shisa. Karena, mahal-buset-gue-masih-kuliah-lebih-baik-duitnya-buat-beli-bahan-makanan-pas-piket-masak-nyet.
Suara turis Australia, turis
China, serta paman-paman penjaga toko saling bersahutan. Kebetulan, saat itu
lumayan ramai pengunjungnya. Selain pemandangan kopi, pemandangan asap-asap yang keluar dari Shisa menghiasi sore hari ini.
Sore hari, pelajaran sebagian besar telah dibaca bersama-sama, di temani kopi, serta orang-orang untuk bertukar cerita, serta pemandangan turis-turis asing yang sibuk selfie.
Maka, nikmat mana lagi yang kamu dustakan?
Obrolan kami, memang nggak
jauh-jauh dari seputar hal-hal yang terjadi disini. Salah satunya, banyak
banget diantara maha(santri)siswa disini yang sudah berkeinginan untuk
membangun rumah tangga. Bingung kan lau? Sama. Ketika diluar sana, banyak
anak-anak muda yang galau karena nggak punya pacar, meme yang bertulisan ‘Dear
mantan…’, eh disini temen-temen gue malah pada banyak yang ingin membina rumah
tangga. Asik ya.
Di satu sisi gue bangga, kalau
teman gue memilih untuk memulai lembar baru dalam hidupnya. Di lain sisi… sedih
mungkin(?)
Sedih karena,
Tandanya harus mencari
teman yang ‘klik’ (lagi).
Tandanya harus memulai
menceritakan kehidupan dari awal (lagi).
Tandanya harus membangun chemistry
(lagi).
Bosen nggak sih kayak gitu?
Hm…
Ini kayaknya gue nya aja sih yang
terlalu berlebihan sih ya.
Iya, gue nya aja yang terlalu lebay. 😅😅
**
Teman gue yang satunya lagi,
sedang seru membicarakan hobi yang selama ini dia jalani. Denger ceritanya,
bikin diri gue malu sendiri.
Dia hobi masak, dan tau
alasannya apa?
Dulu ketika masih berada di
kost-an temannya di daerah Bogor, hidupnya nggak teratur. Dia nggak bisa masak,
begitu juga dengan teman kost-annya. Sehari-harinya dihabiskan untuk membeli
gorengan. Tepatnya, singkong goreng. Sampai suatu saat, terbesit didalam
otaknya,
“Kelaperan itu nggak enak cuk”
Dan dari situ lah, awal
semuanya di mulai. Dia mulai melamar di salah satu restoran di daerah Jakarta
selatan, dimarahi oleh senior, diteriaki oleh asisten koki, dan masih banyak
hal pahit lainnya. Tapi hasilnya, dia bisa tuh dapet seragam koki selama tiga
minggu. Padahal asisten koki yang memarahinya itu, baru mendapatkan seragam
koki, setelah satu setangah bulan. Hebat ya?
Dia tau apa yang dia sukai, dan
benar-benar ditekuni. Disini dia juga sempat menjadi asisten koki, di salah
satu rumah makan punya orang Indonesia. Kagum sekaligus iri.
Gue, yang menurut gue sendiri adalah
sosok yang suka menulis dan mau menerbitkan sebuah buku, nggak ada aksinya tuh.
Masih stuck di situ-situ aja, jalan di tempat. Nggak ada action-nya.
Cupu banget.
Selain temen kampret yang berbicara
tentang passionnya itu, hal lain yang membuat diri gue gregetan adalah
dengan melihat foto-foto teman SD gue, yang saat ini telah mengejar karirnya.
Ada yang jadi wanita karir, seorang model, pelukis, menjadi seorang dokter, dan
masih banyak hal lainnya.
Sedangkan gue?
Kuliah juga masih baru.
Masih galau dengan hal-hal
remeh.
Masih banyak mengeluh,
ketimbang ungakapan rasa syukur.
Masih apa-apa minta, bukannya
menabung dan apa-apa beli menggunakan uang tabungan sendiri (yah, meskipun
uangnya memang dari orangtua juga sih).
Masih tenggelam dengan satu
sosok gadis kampret.
Ilmu belum punya.
Kalau difikir-fikir,
Lah kampret, ini mah beneran
ngenes banget hidup gue
Huuufff...
Kayaknya fikiran tentang
nikah itu, di tunda dulu kali ya. Jodohnya juga belum ada tanda-tandanya juga sih ya.
Dan untuk saat ini, harapan gue
hanyalah semoga lisan ini mudah untuk selalu berdzikir mengingat nama-Nya,
tangan yang mudah untuk membantu sesama, serta kaki yang mudah untuk melangkah
ke masjid. Paragraf ini, tulisan gue sok asik banget, asli.
Maap ya.
Tapi masa bodo juga lah.
Kalau kamu, apa yang sedang
kamu keluhkan saat ini?
Oh iya, gue mau bayar pesanan gue dulu ya...!
Gitu
ReplyDelete*bantuin bersihin sarang laba-laba*
ReplyDeleteZuperr sekaliihh.. Aku gak ngerti itu pljrannya apaan aja :'D
Fiqh doang taunya. Buku Turats itu apa? Shisa itu apa? Shisa shisa kopi??
Berarti café ini seperti dijadikan tmpat untuk merenung ya?
Hmm, manusia emang gtu, trkadang suka mncul perasaan iri trhdap tman2nya yg lebih sukses, sukses dalam mengembangkan karir atau pun bakatnya. Aku jg suka iri sama temenku yg udh pada kuliah, dan serius dalam menekuni hal2 yg mreka sukai. Sdangkan diriku? Ya, begini. Kepengen jg jd penulis, tp nulisnya aja msh begini, kdang ogah2an. Gak ada serius2nya, apalagi actionnya. :(
Di balik itu smua, psti Allah sdang merencakan sesuatu yang jauh lebih baik untuk kita. Aaamiin. Ini kenapa jd ikutan bijak begini? Udah ah. Kabur. Jd baper kan:(
kapan aku bisa ke Al-Adzar ? entahlah, tp jujur aku baru tau itu jurusan, naklum gangerti apa gimana gitu ...
ReplyDeletengomong ngomong itu cafenya dibikin semacam tempat doa bersama apa sejenis wisata rohani?
Tenanglah Allah akan memberi sesuatu yg lebih baik dari ini kok ji.
kapan aku bisa ke Al-Adzar ? entahlah, tp jujur aku baru tau itu jurusan, naklum gangerti apa gimana gitu ...
ReplyDeletengomong ngomong itu cafenya dibikin semacam tempat doa bersama apa sejenis wisata rohani?
Tenanglah Allah akan memberi sesuatu yg lebih baik dari ini kok ji.
Menarik sekali artikelnya,,,makasih
ReplyDeleteFauziii.. gua masih inget sama lu mah salah satu anggota BE yang kuliah di luar negeri, tapi tetep aktif ngeblog dan ngebagiin cerita ceritanya hahahha
ReplyDeleteKaiffahaluk? wkkwk
Wih keren ya temen lu, dia punya tujuan dan ada usaha buat ngerealisasiinnya. Setidaknya lu bisa jadiin temen lu itu sebagai motivasi hidup lu zi biar lu juga bisa ngikutin kayak dia. Ga ada kata cupu disini mah, Tuhan lagi ngeliat gimana usaha kita aja.
Keluhan gua juga mungkin hampir sama kayak lu, punya mimpi tapi belum terwujud. Ya balik lagi, kita gak harus nyerah kan. Masih ada jalan menuju Roma.. ciaelaah...
Yuk semangat!
Wah maha santri, di Al Azhar itu kuliahnya gratis ya? Cuma biaya hidup dan buku-buku yang perlu dicukupin? Bener gak sih?
ReplyDeleteAyo semangat belajarnya. Nggak semua orang bisa seperti kamu. Bener kata bapakmu, harus mengambil sebanyak-banyak ilmu. Selain ilmu juga mempelajari budaya itu seru loh.
Keluhanku cuma kok cepet amat waktu berjalan. Haha. Kelamaan main-main. -_-
Masih merasa belum cukup belajarnya, belum puas jalan-jalannya, ya pokoknya gitulah.
semangat Zi..............
ReplyDeletesemangat........
semangat.........
ada waktunya ko, zi. nah bener tu tulisan lo yang ini
Dan untuk saat ini, harapan gue hanyalah semoga lisan ini mudah untuk selalu berdzikir mengingat nama-Nya, tangan yang mudah untuk membantu sesama, serta kaki yang mudah untuk melangkah ke masjid.
btw, ongkos ke kesana berapa, Zi? ajak dongggg hahah
kayaknya el fishawy itu cukup legend ya kalau dilihat dari usianya. hmm, dengeri orang ngomongin passion itu seru sih sebenernya. kadang kita pasti ngerasa perasaan yang mengguncang sih kalau ngeliat temen2 kita udah berhasil dapetin apa yang dia inginkan. antara iri, ataupun senang. yah.. ketimbang mengelih, bersyukur memang lebih penting. yang gue keluhkan saat ini sih... entahlah. gue nggak tau.
ReplyDeleteNikah aja dulu zi, nanti juga rejeki dateng sendiri. *ini saran paling gaul*
ReplyDeleteiya bener itu, nikah aja dulu. pasti rejeki ada aja. dan tak terduga duga datangnya..
ReplyDeleteNgomong2 jadi mahasiswa daerah mana ya? :)))
ReplyDeleteEh iya, klo masalah temen nikah dan lo iri. Ya nikah aja si, asal ada pasangannya. Hehe
Klo lo masih pengen kejar mimpi. Terus kejar. Klo capek pake gojek aja, bisa lebih cepet loh. *eh...
So, beres2 sarang laba2nya udah belum tuh. Butuh dibantuin??
Wah itu tempatnya isntagramable banget. Klasik klasik gimana gitu. Cucokk, jadi ngiri. Ya manusia emang gitu selau merasa rumput tetangga lebih hijau, padahal kan aslinya rumput itu ganggu tanaman. Dah gak usah fokus sama rumputnya fokuslah dengan tanaman yang udah ada. Gitu aj sih rinsi dasarnya hehe.
ReplyDeleteTapi keresahan kerasana itu aku rasa hal yang wajar, mengingat semakin tuanya umur hahahahhha
Tenang aja, nanti juga bisa sukses seperti orang lain asal rajin ikhtiar hehehe.
ReplyDeletesama..
ReplyDeletekadang kalau ngeliat orang lain yang udah sukses itu bawaannya nanya dalam hati dan pikiran "kapan saya bisa sukses juga"..
memang semua udah ada yang ngatur.. tapi kalau kita sendiri ngak ada usahanya.. hehehe
ah, sudahlah..
intinya harus kerja keras dan kerja cerdas...selagi muda. semangat ya
ReplyDelete